Selasa, 20 Desember 2011

Pra Pendadaran (bagian II)

Pagi itu, ruang pengajaran Jurusan Ilmu Sejarah FSSR UNS terlihat sepi. Hanya ada beberapa dosen dan karyawan sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Untungnya ketua jurusan (Kajur) ada di sana. Beliau adalah dosen yang saya cari.
Pada saat akan menemuinya, ada tiga mahasiswa yang sedang menghadap. Ketiganya diberi tugas menerjemahkan teks bahasa asing. Sepertinya mereka sama dulu yang pernah saya alami, yaitu diberi tugas seadanya (sak-sak’e) sebagai tugas alternatif. Kemungkinan begitu sibuknya sang Kajur sehingga tidak sempat memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat kepada mahasiswa. Padahal perhatian seorang guru (dosen) kepada murid (mahasiswa) adalah hal yang sangat penting dalam pendidikan.
Setelah ketiga mahasiswa tersebut keluar, giliran saya menghadap. Bu Sawitri, begitu saya memanggil ketua jurusanku. Belum sempat saya duduk, beliau menanyakan mengapa kemarin tidak menemuinya. Padahal beliau sudah menunggu. “Kenapa kemarin tidak masuk. Padahal sudah saya tunggu,” katanya sambil memandang wajahku.
“Kemarin masih di rumah bu,” jawabku singkat. Liburan singkat di rumah justru menyisakan dua masalah, yaitu menghambat proses pendadaran dan macetnya bisnis teh di kampus. Bahkan liburan di rumah tidak membuat sepenuhnya hati plong. Salah satu alasannya karena salah tingkah waktu tidur. Jadinya harus dipijat.
Singkat cerita, kemudian bu Sawitri memberikan memo (catatan) kecil kepadaku. Catatan itu harus dibawa ke bagian pendidikan. Saya tidak perlu repot-repot karena ada beberapa petugas yang dikenal di sana. Ternyata memang benar, tidak perlu menunggu lama, kertas kecil yang saya berikan langsung ditindaklanjuti. Selanjutnya, mbah Lisa, salah seorang petugas memintaku untuk menggandakan undangan pendadaran.
Memiliki kenalan dengan orang-orang di birokrasi kampus memang sedikit membantu dalam penyelesaian skripsi. Pada waktu meminta tanda tangan (tapa asma) kepada Pembantu Dekan (PD) I, Dr. Warto, M.Hum, beliau mengajak ngobrol. Meski hanya sebentar, bagi saya itu sangat bermanfaat. Dosen sejarah senior itu menyesalkan kondisi FSSR yang sebagian besar mahasiswa lulus lama. Di UNS yang memiliki prestasi sukup rendah adalah FSSR. Sebagai pejabat yang bertanggung jawab di bidang pendidikan tentu merasa sedih dengan fakta tersebut. Mungkin beliau sedang memikirkan “resep jitu” agar mahasiswa cepat lulus. Mungkin dengan mudah ditemui dan mudah memberikan tanda tangan adalah salah satu wujudnya.
Pertemuan dengan PD I siang itu mengakhiri proses menuju ujian skripsi (pendadaran). Di undangan tertulis waktu ujian adalah pada hari Rabu (28/12) pukul 10.00 WIB. Itu adalah tahapan akhir melepaskan ststus sebagai mahasiswa. Memang tidak semuanya dapat selesai di hari itu. Tahap selanjutnya adalah menggandakan naskah (skripsi) menjadi lima dan membagikannya kepada para dosen penguji bersama dengan undangan.
Ditulis di Perpustakaan UNS, Selasa (20/12) pukul 12.08 WIB

Jumat, 16 Desember 2011

Pra Pendadaran (bagian I)

Ketika skripsi selesai disusun, ada tahap yang lebih sulit, yaitu pendadaran. Istilah pendadaran digunakan untuk menggantikan kata “ujian.” Entah apa filosofi pendadaran itu sendiri penulis belum tahu. Yang jelas, salah satu tujuan diadakan pendadaran adalah untuk mempertahankan argumentasi mahasiswa dengan tema atau skripsi yang telah (selesai) ditulis.
Bagi mahasiswa yang masih awam, pendadaran itu adalah hal yang begitu menakutkan. Bahkan mungkin lebih menakutkan (menyusahkan) daripada menulis skripsi itu sendiri. Tapi apakah seperti itu?
Pagi itu, dia sengaja datang menemui temannya yang telah lulus lebih dulu. Bahkan temannya itu sudah diterima di jurusan Ilmu Sejarah, tempat ia belajar. Tujuannya datang ke sana adalah untuk menanyakan persyaratan yang diperlukan sebelum melaksanakan pendadaran. Maklum saja, dia tidak begitu tertarik dengan urusan teknis seperti itu. Yang dia inginkan adalah kualitas, bukan sekadar formalitas. Bahkan sampai di penghujung status menjadi mahasiswa pun dia belum tahu bagaimana cara untuk menghitung nilai (IPK).
Menurut temannya itu, penndadaran adalah ujian untuk membuktikan apakah sebuah skripsi itu dibuat sendiri atau tidak. Pendadaran juga digunakan untuk mempertahankan argumen mahasiswa dengan tema yang diambil. Tapi pada dasarnya, skripsi yang sudah selesai ditulis adalah sebuah penilaian tersendiri. Jadi tidak perlu khawatir dengan pendadaran. Persyaratan untuk melakukan pendadran adalah foto copy (FC) kartu mahasiswa, kartu bebas Kopma, kuitansi awal dan akhir kuliah, dan transkrip nilai. Ketika semua itu sudah terpenuhi, jadwal ujian dapat ditentukan oleh dosen penguji.
Rencananya hari itu dia akan menyelesaikan semuanya, semua persyaratan untuk melakukan pendadaran. Jika perlu hari itu dia juga sudah mendapatkan jadwal untuk ujian. Setelah ujian mungkin untuk sejenak dia akan pulang ke rumah untuk bermusyawarah, apa yang akan dilakukan setelah menjadi mahasiswa.
Ditulis di kos, Jum’at (16/12) pukul 07.12 WIB