Senin, 23 Januari 2012

Perayaan Maulud Nabi di Solo Raya

Ada yang istimewa di Solo Raya memasuki bulan Rabi’ul Awal atau Maulud. Sebagian besar kaum muslimin akan merayakan kelahiran manusia paling utama, Nabi Muhammad SAW. Beragam kegiatan dilakukan untuk menyambutnya. Banyak jamaah Solo Raya yang mengadakan acara pembacaan sejarah Rosulullah SAW pada bulan itu, terutama pada tanggal satu sampai 12 Maulud. Salah satu jama’ah yang mengadakan acara itu adalah Jama’ah Muji Rosul (Jamuro). Kelompok ini mengadakan kegiatan pembacaan maulid al-Barjanji selama 12 malam dengan tempat yang berbeda-beda. Malam pembukaan dilaksanakan Selasa (24/1) malam di Pondok Pesantren Popongan, Klaten dengan menghadirkan KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus. Malam selanjutnya dilakukan di tempat yang berbeda. Acara penutup pada tanggal 12 Maulud, acara Jamuro dilaksanakan di Markas Korem Solo, depan Solo Square. Rangkaian acara dalam Jamuro diawali dengan pembacaan maulid kemudian dilanjutkan dengan ceramah (mauidhah hasanah). Hari yang membahagiakan Bagi orang yang tahu dengan sejarah perjalanan serta kemuliaan Nabi Muhammad SAW, tentu akan bebahagia menyambut kelahirannya. Dapat merayakan kelahiran Rosulullah adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Abu Lahab merupakan salah orang yang tidak beriman mendapatkan pertolongan (syafa’at) karena berbahagia menyambut kelahiran Rosulullah. Kebahagiaannya diwujudkan dengan memerdekaan Suwaibah, pembantunya yang pernah menyusui Rosulullah. Abu Lahab diberitahu oleh pembantunya dengan kelahiran manusia paling utama di muka bumi ini. Seketika langsung saja Suwaibah dimerdekakan. Karena bahagia, keringanan (siksaan) diberikan Allah setiap hari Senin. antara jempol dan telunjuk Abu Lahab keluar air yang dapat diminum. Bayangkan saja, orang yang tidak beriman saja mendapatkan pertolongan. Bagaimana jika orang yang beriman? Selama bulan Maulud ada banyak ditemui kegiatan pembacaan kitab maulid (baca: jama’ah maulid) di Solo Raya yang meliputi Wonogiri, Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, dan Boyolali. Selain Jamuro masih banyak lagi jamaah maulid seperti Jamuri, MTA, Majelis Al-Hidayah, al-Inshof, Ar-Raudhah dan sebagainya. Mereka semua berbahagia menyambut hari yang membahagiakan itu. Ditulis di Gendingan, Senin (23/1) pukul 21.50 WIB

Minggu, 22 Januari 2012

Kebijakan Polda Jateng Istimwea bagi “Ninja Ijo”

Beberapa hari lalu Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah secara resmi melarang operasi polisi lalu lintas di jalan. Operasi di jalan dinilai tidak efrktif untuk menekan angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Bagi masyarakat Solo, istilah operasi di jalan raya disebut mokmen. Sebenarnya ada atau tidaknya kebijakan tersebut tidak begitu bermasalah bagi masyarakat setempat. Salah satu alasannya adalah lokasi mokmen yang istiqomah, artinya tidak berubah. Begitu juga dengan waktunya. Misalnya di depan Taman Satwa Taru Jurug setiap Sabtu pagi dan sore. Tetapi bagi masyarakat luar Solo mungkin sedkit merepotkan. Secara pribadi saya menyambut baik kebijakan yang dikeluarkan Polda Jateng tersebut. Kebijakan itu tentunya membawa angin segar bagi motor tuaku (baca: Ninja Ijo). Pasalnya motor tuaku tidak memiliki bukti kepemilikan yang sah dan pelunasan pajak dari dinas terkait. Hanya ada STNK warna putih yang menjadi satu-satunya bukti kepemilikan. Dengan demikian sedikit beban Ninja Ijo berkurang dengan disahkannya kebijakan itu. Artinya dia dapat berkeliling ke seluruh pelosok Jawa Tengah tanpa harus khawatir ditangkap polisi, sebagaimana yang terjadi di Yogyakarta, Januari tahun lalu. Selama kurang lebih empat tahun bersama, sebenarnya pelanggaran hanya satu, yakni masalah administrasi. Selain itu tidak ada. Misalnya dari segi kecepatan, sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan Dinas Perhubungan. Begitu juga dengan aturan Light on di siang hari. Kalau alasan Polda Jawa Tengah menghapuskan mokmen per Januari 2012 karena alasan keselamatan di jalan raya, bukankah itu secara tidak langsung juga merestui motor yang tidak lengkap secara administrasi. Yang diutamakan adalah keselamatan di jalan. Bukan lengkap atau tidaknya surat-surat kendaraan. Sepertinya Polda Jateng juga perlu melakukan evaluasi ulang terhadap pembuatan surat izin mengemudi (SIM). Banyak orang yang memiliki surat itu tapi tanpa dibarengi dengan kemampuan yang memadahi. Begitu juga dengan pembatasan jumlah kendaraan motor yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mewujudkan kebijakan yang terakhir, sepertinya Polda perlu memperlakukan motor tua dengan istimewa agar motor tua semakin diminati. Dengan dipertahankannya motor tua, secara tidak langsung juga mengurangi tingkat pembelian kendaraan bermotor. Misalnya kebijakan itu adalah dengan menjadikan motor tua di atas 50 tahun dengan pelat merah. Hehe... Ditulis di Sondakan, Senin (23/1) pukul 10.16 WIB

Selasa, 17 Januari 2012

Menciptakan lingkungan English

Pada pertengahan Januari ini ada hal baru yang akan saya jalani, yaitu memiliki kesibukan lain. Kesibukan itu tidak lain adalah dengan mengikuti kelas bahasa Inggris. Jadwal kelas adalah hari Senin sampai Rabu pukul 18.30-20.00 WIB. Sebenarnya keinginan untuk belajar bahasa asing ini akan dilakukan di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Akan tetapi karena belum ada momentum yang tepat, akhirnya dipilihlah Expert, lembaga pendidikan yang mengikuti gaya di Pare. Ada satu hal yang tidak dapat ditinggalkan di Solo, yakni organisasi PMII. Apalagi jabatan di organisasi adalah sebagai sekretaris umum (Sekum). Memang belum ada jaminan dengan masa depanku jika mengabdi di PMII, tetapi jika urusannya sudah amanah, mau bagaimana lagi. Meski tidak sempat belajar bahasa Inggris di Pare, akan tetapi saya cukup puas dengan hadirnya lembaga pendidikan yang meniru gaya Pare. Ini memang dikhususkan bagi mereka yang tidak ada waktu atau belum sempat ke sana. Mudah-mudahan saja dalam kursus itu nantinya akan sangat menyenangkan dan memuaskan. Satu kelebihan di Pare yang tidak dimiliki oleh tempat lain adalah adanya lingkungan yang kondusif. Lingkungan inilah yang menjadi faktor penting mengapa belajar di sana lebih mudah daripada di tempat lain. Suasana kondusif tercipta karena selain di kelas juga menggunakan bahasa Inggris. Artinya ilmu yang didapatkan di kelas langsung dapat dipraktekkan. Berbeda mungkin jika di Solo. Sebaik apapun tempat kursus yang dipilih, akan kurang maksimal jika setelah keluar kelas ilmu yang didapatkan tidak dapat diaplikasikan. Padahal bahasa adalah komunikasi yang harus praktek secara langsung, bukan sekadar di dalam ingatan saja. Sebenarnya menciptakan lingkungan berbahasa Inggris (English Area) tidaklah sulit. Di manapun, termasuk di Solo hal itu dapat dilakukan. Caranya adalah dengan membuat komunitas kecil yang komitmen untuk menjalankannya. Satu sampai dua orang sudah cukup. Hal ini ditambah dengan beragan fitur maupun fasilitas internet yang menggunakan bahasa Inggris. Tentunya ini akan sangat membantu dalam penguasaan bahasa asing itu. Pentingnya English Bahasa Inggris (english) itulah yang harus dipelajari jika ingin menjelajahi dunia internasional. Bahasa merupakan alat yang sangat penting. Bagiku tidak masalah ada sebagian waktu digunakan secara intens untuk mempelajari english. Apalagi memang sekarang zamannya era digital, di mana di dalamnya banyak menggunakan bahasa Inggris. Jika tidak faham kemungkinan akan ditinggalkan oleh teknologi dan ditinggalkan oleh zaman. Dunia internasional mungkin kondisinya lebih menjanjikan daripada urusan lokal. Apalagi sebagai warga pedesaan di mana notabene masyarakatnya masih memiliki mindseat lokal. Tidak ada salahnya jika orang lokal tetapi memiliki wawasan dan jaringan internasional. Dan fasih bahasa Inggris adalah salah satu alatnya. Meski hanya alat, tetapi bahasa ini memiliki peran yang sangat vital bagi mereka yang ingin terjun ke dunia internasional. Misalkan saja memiliki kemampuan (skill) yang banyak tetapi tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Tentunya akan sangat kesulitan jika akan melanjutkan karier di tingkat internasional. Bahasa Inggris dapat menjadi kuncu pembukan untuk menuju ke sana. Akan sangat baik jika sejak awal sudah memiliki kompetensi yang bagus di salah satu bidang. Belajar bahasa Inggris sudah tidak dapat ditawar lagi. Apalagi secara pribadi saya sedang longgar waktunya. Kekosongan kegiatan ini dapat diisi dengan hal yang bermanfaat, salah satunya adalah dengan kurus bahasa. Anggap saja ini adalah bagian dari perkuliahan yang belum selesai. Belajar itu memang tidak ada kata untuk berhenti. Setiap saat manusia bisa belajar. Demi mencapai tujuan jangka panjang yang diimpikan, yakni go internasional, mengapa hal ini tidak dilakukan. Meski susah payah dalam mengatur waktu dan keuangan, demi sebuah impian besar, bagiku tidak masalah. Itu tetap harus diperjuangkan. Optimisme sejak awal harus tetap dibangun dengan dibarengi usaha yang sungguh-sungguh. Tidak lupa juga dengan do’a yang selalu mengiringi di setiap aktivitas kehidupan. Ditulis di Gendingan, Sabtu (14/1) pukul 03.27 WIB

Jumat, 13 Januari 2012

Galau

Ada istilah baru dalam kosa-kata bahasa Indonesia. Istilah itu adalah “galau.” Ungkapan ini untuk menunjukkan keadaan yang super gelisah. Artinya tidak ada istilah lain yang melebihinya. Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja istilah ini mampu mewarnai ragam bahasa yang ada dan menjadi populer di masyarakat. Memang bahasa adalah hal yang bersifat abitern atau manasuka. Artinya, bahasa muncul dengan tiba-tiba di tengah beragam budaya yang ada kemudian disepakati sebagai komunikasi untuk menunjukkan arti tertentu. Misalnya saja istilah galau. Sebenarnya jika dikaji lebih dalam, arti konsensus bukanlah tiba-tiba masyarakat sepakat dengan suatu istilah yang baru. Yang ada justru masyarakat dipaksa untuk menggunakan bahasa baru atau minimal mengenal istilah itu. Dampak dari ‘pemaksaan’ itulah kemudian yang menjadi konsensus (kesepakatan). Contoh konrit adalah istilah “galau.” Mau tidak mau masyarakat harus menerima. Apa akan pura-pura tidak tahu. Meski pura-pura, tapi dia minimal menjadi tahu istilah itu. Inilah konsensus yang memaksa. Galau banyak disebabkan oleh banyak hal. Dalam konteks penulisan ini adalah ketika ada salah seorang teman yang dipersulit oleh dosen pembimbing skripsinya. Dia sangat galau dengan kondisi yang menimpanya itu. Untuk menjelaskan galau yang dialami temanku juga tidak mudah. Bukan dilema, bukan juga kecewa, tetapi galau. seringkali galau ini dibarengi dengan ekspresi yang juga galau. “Galau adalah kecewa di atas kecewa.” Tidak hanya di dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Jawa pun ada konsensus bahasa dan juga ada tingkat istilah yang menunjukan arti paling. Misalnya adalah kata “pekok.” Kata ini menunjukkan kebodohan yang sangat. Istilah “pekok” lebih bodoh daripada sekadar tolol, blo’on, idiot, dan aneka istilah kebodohan lainnya. Hal semacam ini juga terdapat pada bahasa lainnya. Ditulis di FSSR UNS, Jum’at (13/1) pukul 10.15 WIB

Kamis, 12 Januari 2012

Hidup adalah Sumber Masalah

Meskipun sudah menyelesaikan skripsi, bukan berarti tidak ada lagi kegiatan yang dilakukan. Terselesaikannya skripsi berarti telah keluar dari zona yang menantang menuju zona yang lebih menantang. Begitu dan beginilah hidup. Permasalahan yang dihadapi manusia pun senantiasa berkembang sesuai dengan kadar kemampuannya dan kedudukannya. Artinya permasalahan yang dihadapi mahasiswa semester awal tentu akan sangat berbeda dengan yang dihadapi mahasiswa semerter akhir. Tetapi bagi yang sedang menghadapi masalah sebenarnya ada kesamaan, yaitu sama-sama membutuhkan perjuangan. Dulu ketika masih SD, ujian nasional (UN) adalah hal yang sangat menakutkan. Seakan tidak ada hal lain yang lebih menakutkan selain UN. Keyakinan itulah yang menjadikan semua hal selain UN tidak penting dan tidak membutuhkan perjuangan. Ternyata hal tersebut terulang kembali ketika SMP. Diulangi kembali pada masa SMA. Dari pengalaman-pengalaman kecil itulah dapat diketahui bahwa sebesar dan seberat apapun yang dihadapi hari ini sebenarnya tidak seberapa jika dibandingkan dengan masalah yang lebih menantang di hari mendatang. Dengan kesadaran total tentang naluri masalah akan menjadikan ringan setiap permasalahan yang dihadapi. Untuk apa harus bersedih hati hari ini jika di depan masih banyak masalah lain yang harus dihadapi. Masalah memang harus diselesaikan. Akan tetapi jangan sampai menghabiskan energi hanya untuk satu masalah. Di depan masih banyak masalah yang lebih menantang. Itulah siklus sifat alamiah masalah yang seperti spiral. Terus berulang dan berkembang. Hidup dan masalah ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Masalah tidak untuk dihindari, tetapi diselesaikan. Apabila hidup tetapi takut dengan masalah untuk apa berani hidup. Bagi yang berani hidup adalah mereka yang juga berani menghadapi setiap masalah di setiap level kehidupan. Bahkan, tingkat ketangguhan seseorang ditentukan dari banyaknya permasalahan yang dihadapi. Berbahagialah orang-orang yang dikunjungi beragam masalah. Prinsipnya, oranga sukses bukanlah orang yang tidak pernah menghadapi masalah, tetapi adalah orang yang tidak pernah menyerah dari masalah. Ditulis di Gendingan, Jum’at (13/1) pukul 05.03 WIB

Minggu, 08 Januari 2012

Jadwal Khusus Saat Liburan Bagi Mahasiswa

Memasuki musim liburan semester genap, tidak sepenuhnya aktivitas kampus berhenti total. Pada dosen dan karyawan kampus tetap masuk seperti hari biasa, begitu juga dengan sebagian mahasiswa. Senin (9/1) pagi, terlihat aktivitas mahasiwa di Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS. Sebagian besar mereka hanya bersantai di gazebo dan tempat hotspot area. Berdasarkan pengalaman penulis, mahasiswa yang masih ke kampus (baca: ngampus) pada waktu libur dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, adalah mereka yang masih bermasalah dengan perkuliahannya. Permaslaahan ini sangat banyak, misalnya mengumpulkan tugas, memperbaiki nilai (remidi), membayar spp atau ujian susulan. Kelompok kedua adalah mereka yang sudah tidak memiliki beban dengan perkuliahan dan juga memiliki kegiatan di kos atau di rumah. Kelompok kedua ini tergolong kelompok “aktivisme.” Kelompok ini merupakan kelompok yang kebingungan dan bengong jika tidak memiliki kegiatan atau aktivitas. Aktivitas menjadi rutinitas yang biasa dijalankan setiap hari. Kelompok ini perlu merubah pola pikir (mindseat) dari kegiatan berbasis aktivitas menjadi berbasis produktivitas. Artinya, yang menjadi indikator keberhasilan adalah hasil, bukan pada aktivitasnya. Misalnya saja membaca buku. Tidak banyak aktivitas yang diperlukan untuk membaca buku. Cukup meluangkan waktu, buku, dan ruangan yang nyaman. Tidak banyak aktivitas yang dilakukan tetapi hasil yang diberikan cukup maksimal. Lebih maksimal jika dibandingakan dengan mahasiswa yang menghasbiskan waktu dengan ngerumpi. Membaca buku adalah salah satu alternatif kegiatan yang dapat dilakukan ketika musim libur tiba. Selain itu masih banyak lainnya yang dapat dilakukan. Jalan-jalan, menulis, dan diskusi adalah alternatif lainnya. Ngerumpi juga dapat dijadikan sebagai alternatif mengisi waktu liburan agar tidak jenuh. Tetapi bukan setiap hari. Liburan semester gasal yang relatif pendek tetap perlu jadwal. Agar tidak mengalami kejenuhan, perlu adanya kegiatan yang beragam. Yang perlu ditekankan adalah jadwal yang berbasis pada produktiviatas, bukan sekadar aktivitas. Ditulis di FSSR UNS, Senin (9/1) pukul 11.05 WIB

Selasa, 03 Januari 2012

Agenda (Lain) Dosen

Hidup akan menjadi semakin bersemangat ketika manusia memiliki harapan di masa depan. Salah satu hal cara agar muncul harapan adalah ketika seseorang meiliki agenda. Selasa (3/1) pagi adalah hari yang dinantikan. Pasalnya pada hari itu salah seeorang dosenku menjanjikan akan memberi honor dan memberi tugas untuk kegiatan pengabdian masyarakat. Bagi saya yang sudah selesai masa perkulihan, hadirnya sebuah kegiatan adalah angin segar. Kegiatan memang sesuatu yang sedang dicari untuk mengisi kekosongan. Tentunya tidak sekadar kegiatan asal-asalan, tetapi kegiatan yang berkualitas dan bermanfaat untuk masa depan. Ketika memasuki kantor jurusan Sejarah, tepat pukul 09.30 WIB, ternyata Insiwi, belum datang. Dia adalah dosen yang menjanjikan untuk bertemu. Mungkin dia masih dalam perjalanan menuju ke kampus. positif thinking saja. Menunggu adalah sesuatu yang menjengkelkan. Akan tetapi saat itu menunggu bagiku tidak masalah karena ada dosen lain yang juga sedang saya cari. Kebetulan dia ada di kantor. Padahal beberapa hari terakhir dicari tidak ngantor. Dia adalah Bagus Sekar Alam, sekretaris penguji skripsi. Pertemuan dengan dia adalah sesuatu yang diharapkan. Pasalnya dari dia cukup banyak catatan revisi skripsiku. Draft skripsi yang saya ajukan ternyata memang banyak hal yang perlu direvisi. Padahal dosenku yang lain hanya memeprmasalahkan bahasa, bukan sampai pada struktur dan peletakan kalimat. Masukan yang diberikan bagiku hampir sama dengan revisi total. Agar cepat selesai, saya hanya diam tanpa membantah. Ikuti saja apa yang diusulkan. Dia juga bukan penguji skripsi, tetapi hanya sekretaris penguji. Jadi tetap yang dijadikan pertimbangan utama adalah dosen pembimbing skripsi. Pak Bagus, begitu saya memanggil, sedikit banyak tahu dengan penelitian yang saya lakukan, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Bahkan dia mengakui kalau dirinya dulu sempat aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Kemudian di akhir konsultasi, dia mengaku bahwa dirinya adalah kader Nahdlatul Ulama’ (NU). Akan tetapi dia aktif di HMI, bukan PMII. Proyek Dosen Selesai menemui penguji skripsi, giliran selanjutnya saya menemui bu Insiwi. Dosenku menugaskan agar saya memberikan proposal kepada Kepala Desa Jumog, Karanganyar. Kegiatan pengabdian akan diadakan lagi di tempat yang sama. Saat akan keluar, dosenku itu memberikan amplop “uang lelah” sebagai notulensi. Sekilas membaca, ternyata proposal pengabdian budi daya jamur tiram yang saya bawa cukup sederhana. Menurutku lebih bagus proposal PKM yang biasa diciptakan oleh mahasiswa. Akan tetapi untuk permasalahan dana jangan ditanya. Untuk kegiatan budidaya jamur tiram bagi ibu rumah tangga menghabiskan dana sekitar Rp 50 juta. Kemungkinan dana yang dikucurkan oleh Dikti untuk kegiatan pengabdian dosenku tidak jauh beda dari itu. Fenomena dosen yang memiliki kegiatan di luar (baca: proyek) adalah hal yang biasa. Apabila yang dilakukan hanya aktivitas reguler, yakni mengajar, tentunya akan banyak dosen nganggur. Begitu juga, apabila hanya mengandalkan gaji pokok, hasilnya juga tidak seberapa. Untuk menyiasati itu, pemerintah mengembangkan kegiatan yang dapat dilakukan oleh dosen atau tenaga pendidik lainnya. Di antara kegiatan yang dicanangkan adalah pengabdian masyarakat dan penelitian. Terkadang progam yang menghabiskan dana yang tidak sedikit justru tidak atau kurang aplikatif di masyarakat. Kegiatan yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat adalah pengabdian. Progam lain seperti penelitian ilmiah yang bersifat teoritis biasanya hanya dikonsumsi untuk para akademis saja, bukan masyarakat. Juga yang perlu dievaluasi dalam setiap proyek adalah pada keberlanjutan progam. Yang sering terjadi adalah kegiatan hanya dilaksanakan ketika dana turun. Ketika dana sudah habis, kegiatan berhenti di tengah jalan. Dapat dikatakan bahwa kegiatan yang diselenggarakan hanya bersifat taktis atau jangka pendek, bukan strategis. Padahal dengan dana yang sangat banyak dapat digunakan untuk kegiatan yang bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Permasalahannya adalah dana yang dikucurkan biasanya habis di tengah jalan. Ini juga yang perlu dievaluasi. Proyek yang dilakukan oleh dosen tidak hanya menambah pengalaman dan penghasilan. Setiap kegiatan baik yang bersifat akdemis amupun non-akademis akan dapat meningkatkan pangkat dosen. Tinggi rendahnya pangkat atau golongan juga menentukan gaji yang diterima setiap bulan. Tugas utama dosen adalah mengajar. Tetapi ketiga sudah memiliki pangkat yang tinggi ada beberapa dosen yang lupa dengan tugasnya. Banyak dosen yang asyik dengan kegiatan di luar dan mengorbankan tugasnya di kelas. Biasanya dosen senior hanya memberikan tugas di kelas tanpa mau tahu dan kenal mahasiswa yang diajarnya. Kegiatan di kelas adalah kegiatan alternatif selain kegiatan di luar yang lebih menjanjikan. Ditulis di Gendingan, Selasa (3/1) pukul 10.56 WIB

Senin, 02 Januari 2012

Urgensi Pengukuhan “History Community 2007”

Pada tanggal 22 September 2007 lalu, History Community 2007 terbentuk. Komunitas ini merupakan sebuah modal awal untuk merencanakan kehidupan di masa mendatang yang lebih baik. Selama empat tahun History Community mengalami dinamika pasang surut. Akan tetapi, mejelang selesai masa studi sebagian besar anggota komunitas ini, perlu dipikirkan bagaimana keberlanjutan komunitas ini. Apakah ikatan keluarga yang sudah terbentuk akan diperkuat, dilupakan atau akan ditinggalkan begitu saja. Angkatan 2007 adalah angkatan yang unik. Dari segi kuantitas memang tidak banyak jika dengan angkatan sebelum maupun sesudahnya. Akan tetapi dari segi kualitas, angkatan 2007 tidak mau ketinggalan dengan angkatan lainnya. Hal lain yang menjadikannya unik adalah “kekompakan” anggota. Hal ini juga yang diakui oleh pihak jurusan sejarah. Masa ideal perkuliahan hampir habis. Rasanya sayang jika ikatan keluarga yang sudah ada hanya dibiarkan hilang begitu saja tanpa tindak lanjut. Perlu rasanya bagi kita angkatan 2007 memperkuat komunitas ini khususnya pasca perkuliahan. Di tengah kompetisi lulusan perguruan tinggi di luar yang sangat luar biasa, menjadikan para sarjana harus kreatif dan proaktif dalam berbagai hal. Sebenarnya dengan hadirnya komunitas (baca: organisasi) akan menjadikan segala permasalahan akan semakin mudah. Misalnya saja ketika masih kuliah, berbagai urusan kampus dapat selesai dengan hadirnya komunitas ini. Begitu juga harapannya pasca kuliah. Jangan menganggap penguatan komunitas ini akan menghalangi aktivitas atau pekerjaan. justru sebaliknya. Hadirnya komunitas ini akan menjadi pintu pembuka untuk beraktualisasi pasca kuliah (S1). Salah satu kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah mendatangkan para alumni Sejarah. Tidak dapat dipungkiri bahwa ada alumni Sejarah yang sukses hidup di luar dengan berbagai bidang seperti wirausahawan, politisi, akademisi, dan lain sebagainya. Harapannya dari kegiatan share dengan para alumni akan membuka ruang bagi anggota komunitas untuk beraktivitas. Secara tidak langsung kegiatan itu juga akan membuka jaringan (networking) dengan para anggota komunitas. Masih banyak hal yang perlu dibicarakan baik masalah kondisi internal maupun permasalahan antara dilanjutkan atau tidaknya komunitas ini. Tulisan ini hanyalah sebagai bahan pertimbangan untuk mengantarkan ke sana. Harapannya komunitas ini menjadi sarana strategis (jangka panjang) untuk mengantarkan pada tujuan kita dan kepada mahasiswa ilmu sejarah pada umumnya. Solo, 27 Desember 2011

Minggu, 01 Januari 2012

Catatan Awal Tahun

Mengawali tahun 2012, ada banyak hal yang perlu dilakukan selama satu tahun ke depan. Ada beberapa target yang harus direalisasikan agar perjalanan hidup menjadi lebih baik.
di tahun 2012 ini, ada satu capaian yang cukup membanggakan, yaitu adanya perubahan statusku. Setelah pelaksanaan ujian skripsi pada tanggal 28 Desember 2011 lalu, status sebagai mahasiswa otomatis akan segera selesai. Ini akan berakhir apabila saya sudah mengumpulkan skripsi hasil revisi. Dengan demikian di tahun yang baru ini saya memiliki nasib yang baru. Minimal adalah satu beban atau fase dalam hidupku sudah terlampaui.
Setelah melewati fase itu, ada beberapa aganda lain yang ingin dicapai pada pada tahun 2012 ini. Semuanya antara lain:
• Menjadi penulis produktif
Menjadi penulis ini adalah salah satu impianku sejak lama. Ikhtiar ini sudah dimulai beberapa tahun lalu, saat ada salah seorang dosen yang menyarakan agar mahasiswa mempunyai buku catatan harian. Itu adalah tambahan motivasi yang menyebabkan saya membeli buku tulis khusus untuk mencatat. Bahkan sampai terakhir sudah ada 12 buku yang sudah berisi dengan aneka catatan.
Dengan memiliki laptop ini sebenarnya adalah salah satu peluang besar untuk menjadi penulis produktif. Risiko menulis menggunakan media elektronik cukup kecil. Awal kegiatan menulis ini hanya sekadar hobi. Akan tetapi saya tidak ingin itu terjadi terus-menerus demikian. Artinya, ke depan saya harus menjadi penulis produktif yang prossfesional, bukan amatiran. Menulis tidak sekadar menjadi hobi, tetapi menjadi gaya hidup (life style). Caranya adalah dengan meluangkan waktu khusus untuk menulis. Kegiatan menulis adalah sama dengan belajar dalam bidang lain. Menulis adalah kegiatan yang terus dilatih secara terus menerus.
Ada yang perlu ditingkatkan dari kegiatan menulis yang sudah dijalani selama ini, yaitu meningkatkan kualitasnya. Misalnya saja menulis artikel atau catatan lainnya harus benar-benar selesai kemudian baru beralih pada tema lain. Selama ini yang terjadi adalah memiliki banyak tulisan tetapi hanya selesai di tengah jalan. Padahal itu sebenarnya belum selesai.
Penambahan teori menulis dapat dilakukan dengan berjalan. Tidak perlu menunggu menguasai teori dulu baru menulis. Menulis adalah kegiatan untuk menulis, bukan cerita akan menulis. Yang perlu dilakukan sekarang adalah terus menulis. Tanpa memulai, mustahil keinginan yang ingin dicapai dapat terwujud. Ini tidak hanya dalam kegiatan menulis saja, tetapi semuanaya. Momentum awal tahun ini adalah saat yang tepat untuk memulai semuanya dan yang terbaik.
Tidak ada alasan untuk malas atau tidak menulis sama sekali. Apalagi ujian skripsi telah dilakukan. Tidak ada lagi alasan tidak memiliki waktu atau sibuk dengan pekerjaan yang lain. Tugas (wajib) sebagai mahasiswa sudah selesai, begitu juga tanggung jawab kepada orangtuaku. Sebenarnya di sela-sela waktu menunggu wisuda dapat digunakan untuk terus menulis. Bukan artikel saja yang dihasilkan tetapi juga dapat sebuah buku.
• Berwirausaha
Keinginan lain adalah tetap melanjutkan kegiatan bisnis atau berwirausaha. Sejak akhir bulan November 2011 lalu saya memiliki usaha dengan salah seorang teman. Usaha yang dibuka adalah bisnis minuman teh di kampus. Estevia adalah nama perusahaannya.
Momentum tahun baru ini, bisnis tersebut harus ditingkatkan. Misalnya dalam hal rasa, kemasan, pelayanan, dan manajemen keuangan. Selama ini memang masih dapat dikatakan ‘seadanya.’ Misalnya saja pegawai teh yang belum tetap. Ini terkadang menyebabkan permasalahan tersendiri. Apalagi pada musim hujan akhir-akhir ini. Semua perlu didesain ulang agar bisnis kecil ini dapat memberi banyak manfaat.
Pasca pendadaran, saya juga tidak hanya memikirkan masalah sebagaimana sewaktu masih semester bawah. Keuangan juga harus dipikirkan agar aktivitas yang disenangi dapat tetap dijalankan. Misalnya saja aktivitas menulis. Dengan topangan ekonomi yang kuat, harapannya tidak sampai mengorbankan hobi atau bahkan idealisme. Berwirausaha adalah lahan yang layak dipertimbangkan oleh mahasiswa karena sebagai kaum intelektual harus memberikan kontribusi kongrit kepada masyarakat. Menciptakan lapangan pekerjaan adalah paradigma yang harus dibangun, bukan malah mencari pekerjaan.
Dimulai dari yang kecil lah akan berkembang menjadi sesuatu yang besar. Awalnya memang bisnis teh. Tidak ada salahnya jika membesarkan jaringan atau melirik lahan lain yang lebih potensial. Bisnis via internet adalah salah satu yang sedang populer akhir-akhir ini.
• Meraih Beasiswa
Capaian lain yang ingin diraih di tahun 2012 adalah mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Tujuannya adalah ke Amerika Serikat. Dulu memang ada keinginan ke Belanda. Tetapi karena persyaratan yang cukup sulit, sepertinya lebih realistis ke Negeri Paman Sam. Apalagi di sana terdapat ulama besar, yaitu Syeh Hisyam al-Kabbani. Mudah-mudahan dapat berguru dengan beliau.
Salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa Fulbright adalah capaian Toefel 550. Ihktiar untuk mendapatkannya untuk sementara waktu adalah dengan belajar english di Solo. Caranya adalah dengan mengajak seorang teman yang mau dan mampu berbahasa Inggris. Kemudian skill bahasa diperkuat dengan kursus di Pare, Kediri. Mudah-mudahan tahun depan saya sudah merayakan indahnya malam tahun baru di Amerika. Amin..
Mendapatkan beasiswa ke luar negeri adalah hal yang diimpikan banyak orang, termasuk diriku. Bahkan ibuku juga mengharapkan agar saya dapat mewujudkannya. Salah satu tujuannya adalah untuk memberi motivasi kepada adik-adikku agar bersemangat dalam belajar. Orang desa pun dapat melanjutkan pendidikan ke luar negeri.
• Pengembangan Diri
Ada hal yang tidak boleh dilupakan untuk mencapai semua impian, yaitu pengembangan diri. Cakupan pengembangan diri ini sangat luas, disesuaikan dengan kebutuhan. Singkatnya adalah pengembangan diri ini dapat dilakukan oleh siapapun dan kapanpun untuk menuju sesuatu yang diimpikan.
Pengembangan diri ini dapat diwujudkan misalnya dengan menambah wawasan, menambah jaringan, mengubah sikap dan pola pikir, menjaga penampilan, dan masih banyak lainnya. Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan kemampuan untuk mengejar mimpi. Dalam konteks mendapatkan beasiswa ke Amerika misalnya, diperlukan penguasaan bahasa yang baik dan jaringan. Apabila ini tidak dimulai sekarang, mau kapan lagi.
Sebenarnya peluang yang ditawarkan di luar sangat banyak. Terkadang dari diri kita yang belum siap sehingga mengatakan mendapatkan prestasi itu sulit. Memang sesuatu yang berharga itu mahal harganya. Butuh perjuangan ekstra keras untuk meraihnya. Itulah perlunya melakukan pengembangan diri. Misalnya dengan mengikuti berbagai pelatihan, seminar, aktif di organisasi dan acara-acara yang bermanfaat lainnya.
Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah mengelola spiritual (hati). Ini termasuk salah satu bagian dari pengembangan diri. Permasalahan yang dihadapi manusia bersumber dari pemikiran dan perasaan. Apabila dua hal ini tidak mendapatkan bimbingan, maka jalan hidup bisa salah. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan terus belajar, khususnya ilmu agama. Apalagi di Solo ini ada begitu banyak pengajian yang dapat diikuti. Begitu juga dengan aktivitas membaca qur’an satu hari satu juz juga perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kualitas bacaannya.
Momentum tahun 2012 adalah saat yang tepat untuk melakukan perubahan dalam diri. Harapannya dari dalam diri itu kemudian melahirkan perubahan yang bermanfaat untuk orang lain.
Ditulis di kos, Minggu (1/1) pukul 11.14 WIB

Perayaan Tahun 2012 Baru di Solo

Malam itu, ribuan pengguna motor bergerak menuju ke arah Kota Solo. Sebagian besar mereka adalah masyarakat dari daerah di eks Karesidenan Solo. Mereka akan merayakan pergantian tahun 2012.
Perayaan malam tahun baru ada yang berbeda dengan dengan tahun sebelumnya. Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menerapkan progam Car Free Night (CFN). Kegiatan ini adalah yang pertama kali di Kota Bengawan dan di seluruh Indonesia. Pertimbangan dari pemberlakuan progam CFN adalah mengacu suksesnya acara Car Free Day (CFD) yang dilakukan setiap Minggu setiap pekannya.
Konsep CFN sama dengan CFD, di mana para pengguna kendaraan bermotor maupun mobil tidak boleh melewati Jalan Slamet Riyadi. Harapannya dengan adanya kegiatan ini, para pengunjung akan menikmati indahnya malam tahun baru tanpa ada suara bising dan polusi udara. Progam itu dilaksanakan mulai pukul 21.00 sampai puncak pergantian tahun.
Di sepanjang Jalan Slamet Riyadi tidak hanya diramaikan dengan pedagang terompet, tetapi juga diramaikan dengan beragam hiburan di sana. Misalnya pagelaran musik yang ada di komplek Stasiun Purwosari. Hiburan tersebut diadakan oleh Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS). Selain itu masih banyak komunitas yang menyajikan acarfa hiburan di sepanjang jalan protokol Kota Solo itu.
Jauh dari keramaian publik, di daerah Kartasura, tepatnya di depan Gedung pasca sarjana UMS digelar acara malam refleksi oleh para aktivis gerakan mahasiswa di Solo Raya. Salah satu tujuan kegiatan malam tahun baru itu adalah mengadakan jumpa pers kepada wartawan. Para aktivis ingin mengklarifikasi terkait dengan insiden yang terjadi di UMS beberapa hari lalu. Intinya mahasiswa menuntuk Polres Sukoharjo untuk bertanggung jawab atas pemukulan terhadap para aktivis.
Menjelang pergantian tahun, para aktivis mengucapkan “sumpah mahasiswa” yang intinya menolak semua jenis penindasan yang ada di Indonesia. Acara malam itu adalah momentum menyatukan gerakan mahasiswa Solo Raya terkait penyikapan isu di tahun 2012.
Puncak Acara
Tepat pukul 00.00 WIB, langit Kota Solo diwarnai dengan letusan kembang api. Tidak hanya di komplek Stadion Manahan dan di Gladak, tetapi ada banyak titik yang juga ikut memeriahkan pergantian tahun 2012. Hampir di berbagai sudut kota terdapat pesta kembang api.
Di berbagai titik terjadi kemacetan. Ini adalah salah satu dampak dari progam CFN. Sebagian besar kendaraan pengunjung diparkir di luar Jalan Slamet Riyadi. Akibatnya adalah penumpukan kendaraan di mana-mana. Meski demikian tidak sampai mengurangi antusias warga untuk menikmati indahnya pergantian malam tahun baru. Padahal sebelumnya hujan ringan sempat membasahi Kota Bengawan. Akan tetapi pada puncak acara, hujan sudah reda. Bahkan langit terlihat sangat cerah.
Di Gilingan, sebagian besar warga menikmati indahnya pergantian tahun dengan berkumpul bersama di luar rumah. Mereka menikmati indahnya pesta kembang api di langit. mereka tidak perlu bersusah payah sebagaimana pengunjung lainnya.
Setelah Tahun Baru
Keesokan harinya, suasana gegap gempita menikmati malam pergantian tahun tidak terasa di komplek kampus UNS. Mungkin juga suasana yang sama juga terjadi di tempat lain. Sebagian besar orang lebih memilih untuk beristirahat untuk mempersiapkan energi untuk beraktivitas di hari esok. Apalagi siswa sekolah mulai Senin (2/1) masuk kembali setelah libur semester.
Jika dibandingan saat pergantian tahun, keadaannya berbanding terbaik. Seakan tidak ada sesuatu yang istimewa sama sekali. Yang paling istimewa adalah saat detik-detik pergantian tahun. Setelah itu berjalan normal seperti biasanya. Padahal salah satu hal perting yang perlu ada setiap perganitan tahun adalah melakukan evaluasi diri (muhasabah) sebagai bahan untuk melangkah ke depannya. Kegiatan evaluasi diri memang selayaknya malah dilakukan setiap hari. Dilakukan pada saat pergantian tahun adalah lebih baik daripada tidak sama sekali.
Seandainya perayaan pergantian tahun hanya dengan pesta kembang api, terompet, pawai motor, dan beragam aktivitas lainnya tanpa ada sebuah iktikad untuk berubah, untuk apa semua itu. Gegap gempita dalam perayaan tahun baru hanya menjadi penghibur hati, pelipur lara yang bersifat sementara saja. Padahal itu semua membutuhkan biaya dan pengorbanan yang besar.
Ketika tahun menjadi baru, tanpa diimbangi dengan sebuah mimpi atau visi yang jelas, akan tertinggal. Pada tahun yang akan datang kita hanya akan melakukan kegiatan seremonial yang tidak menghasilkan sesuatu yang berharga dan berguna bagi kehidupan mendatang.
Tahun baru adalah momentum yang sangat tepat untuk melakukan perubahan dalam diri. Diawali dari dalam diri itulah kemudian mengajak sesamanya untuk ikut berubah ke arah yang lebih baik juga. Jika hidup ini hanya dijalani tanpa ada sebuah rencana, waktu memang terasa begitu cepat. Sepertinya baru saja kemarin merayakan tahun 2011 bersama teman, tetapi sekarang sudah masuk tahun 2012 juga bersama teman. Apabila tidak pandai memanfaatkan waktu, kita yang akan ditinggal oleh waktu.
Kesadaran pentingnya waktu dalam hidup ini perlu ditanamkan dalam setiap diri manusia. Salah satu tujuannya adalah aga tidak membuang waktu untuk kegiatan yang kurang bermanfaat bagi hidup.
Ditulis di Gendingan, Minggu (1/1) pukul 15.37 WIB