Senin, 18 Maret 2013

Belanja Sambil Belajar di Kampung Batik Laweyan

Batik menjadi salah satu ikon Kota Solo. Ketika Anda mengunjungi Solo kurang lengkap mungkin jika tidak membeli batik sebagai oleh-oleh. Tidak begitu sulit menemukan penjual batik di kota ini mengingat batik juga sudah menjadi warisan dunia milik bangsa. Kampung Batik Laweyan dapat menjadi pilihan berbelanja. Di sentra usaha batik ini ini Anda tidak sekadar berbelanja batik, tetapi juga berwisata sejarah. Sejak diresmikan sebagai Kampung Wisata Batik pada Pada 25 September 2004, Kampung Batik Laweyan banyak dikunjungi para wisatawan baik domestik maupun manca. Banyaknya pengunjung yang datang turut mengukuhkan eksistensi Laweyan sebagai kampung batik, selain juga menggerakkan roda perekonomian masyarakat setempat. Jika melihat sejarahnya, kerajinan batik, khususnya jenis tulis bukanlah sesuatu yang baru di kampung ini. Tahun 1900-an awal muncul banyak pengerajin batik, salah satunya adalah Haji Samanhudi, pendiri organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan organisasi ini didirikan untuk menyatukan para pengusaha batik pada waktu itu untuk menghindari kerugian karena persaingan antar pengerajin batik. Relatif mudah untuk menuju ke Kampung Batik Laweyan karena sebagian besar angkutan umum melewati kampung wisata ini. Dari pusat kota membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Sebagian sentra usaha batik terletak di sepanjang Jalan Radjiman dan juga sebagian yang lain terletak di perkampungan. Di depan beberapa gang masuk kampung terdapat pengemudi becak yang siap menemani keliling dan mengantar ke tempat tujuan. Di kampung ini terdapat puluhan showroom batik yang dapat dijadikan sebagai tempat pilihan berbelanja. Di showroom, pengunjung dapat membeli kain atau pakaian batik, aneka souvenir seperti dompet, tas, sandal, dan beberapa aksesoris lainnya. Semuanya merupakan kerajinan dari masyarakat setempat yang dapat dijadikan sebagai oleh-oleh. Nario (68), salah seorang pengemudi becak di sana mengaku bahwa sejak diresmikan menjadi Kampung Batik, ada banyak wisatawan yang menggunakan jasanya. Untuk mengelilingi kampung tarif yang ditetapkan pun relatif murah, antara Rp 30.000 - Rp 40.000. “Terkadang ada yang hanya minta kelililing, dan ada juga yang minta diantarkan ke showroom batik,” jelasnya. Jalan kaki juga dapat menjadi pilihan untuk mengelilingi kampung wisata ini. Dari gang satu ke gang lainnya ada banyak sentra usaha batik yang dapat dijadikan sebagai tempat pilihan belanja. “Sebagian besar masyarakat Kelurahan Laweyan berprofesi sebagai pengerajin batik dan turunannya,” jelas Alpha Fabela Priyatmono, Ketua Forum Pengembangan Kerajinan Batik (FPKB) saat ditemui Cempaka di kediamannya. Yang menarik, di salah satu obyek wisata ramah lingkungan di Kota Solo ini pengunjung juga dapat belajar tentang filosofi batik dan juga bagaimana cara membuat batik. Proses membatik mulai dari pembuatan desain, pembuatan pola, pembatikan, pewarnaan dan sampai pada pengeringan kain batik dapat lakukan secara langsung di sentra batik. Hampir setiap sentra usaha menyediakan jasa pembelajaran ini. “Untuk pelatihan batik biayanya antara Rp 25.000 sampai Rp 50.000, disesuaikan ukuran kain yang digunakan” tambahnya. Untuk menyelesaikan pembuatan batik tulis, rata-rata pengunjung menghabiskan waktu satu jam. Ada beberapa motif yang dapat dijadikan sebagai pilihan. Akan tetapi biasanya motif yang digunakan untuk pemula adalah corak dasar yang relatif lebih mudah. Bahkan ada juga beberapa rumah industri yang menyediakan kursus intensif membatik. Benda Cagar Budaya Menurut dosen Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini, selain belanja dan belajar proses pembuatan batik, pengunjung juga dapat belajar sejarah perkampungan Laweyan. Kampung ini memiliki keunikan di bidang tata ruang perkampungan karena arsitektur bangunan yang ada merupakan campuran dari kebudayaan Islam dan Eropa tahun 1930-an. “Bangunan di Laweyan sebagian besar memiliki gaya Eropa, tetapi pada dasarnya memiliki pola Jawa,” terangnya. Kondisi ini, lanjutnya, terlihat dari pola rumah yang terdapat pendhopo, ndalem, senthung, gandok kanan yang berfungsi sebagai ruang kerja, dan gandok kiri yang berfungsi sebagai ruang privat. “Kondisi yang demikian itulah menjadikan bangunan di Kampung Laweyan ditetapkan sebagai benda cagar budaya (BCB) oleh pemerintah,” tegasnya. Penetapan sebagai BCB menjadikan sebagian besar sentra usaha batik yang ada mempunyai bentuk bangunan kuno yang khas. Ketika mengunjungi sentra batik, Anda juga dapat melihat bangunan rumah klasik pengunjung juga dapat menikmati bangunan tempo dulu di mana banyak bangunan dengan tembok besar sebagai pagar. Dari bangunan-bangunan itu akan membawa kembali memori masa lalu Anda pada era 1900-an. Anda masih dapat menyaksikan bangunan tua seperti masjid, gudang, Pengunjung tidak perlu khawatir untuk dapat menjelajahi kampung ini karena di Laweyan juga menyediakan guide yang siap mendampingi dan menjelaskan seputar sejarah, seni, tradisi, dan kuliner yang ada di Kampung Batik Laweyan. “Biaya guide rata-rata Rp 50.000,” terang pemilik Batik Mahkota Laweyan ini. Wisata batik Laweyan buka pukul 08.00 WIB dan tutup sore hari sekitar pukul 17.00 WIB. Hal ini dikarenakan kampung wisata ini merupakan hunian penduduk yang juga warga setempat perlu istirahat di waktu malam hari. Di Bulan Maret ini sudah ada beberapa rombongan yang memesan dan merencanakan untuk mengadakan perjalanan wisata di kampung ini. Jika Anda berkunjung ke Kota Solo, tidak ada salahnya jika berbelanja dan juga belajar tentang perkampungan kuno di Laweyan.