Minggu, 02 September 2012

Belajar (Syi’ah dan Aliran Radikal Indonesia)

Dalam kondisi longgar, apalagi suasana liburan hari Minggu, tiba-tiba saja muncul sebuah keinginan untuk membaca buku. Setelah membaca sedikit tulisan, ternyata masih banyak hal yang belum dipelajari. Menurutku, pengetahuan-pengetahuan tersebut penting. Ada sebuah buku di rak yang berjudul Islam: a Short History karangan Karen Armstrong. Buku ini menarik untuk dibaca karena di dalamnya sedikit banyak menjelaskan kronologis masyarakat Arab sebelum kelahiran Rosulullah Saw dan munculnya Islam abad ke-7 di Makkah. Di dalamnya, disebutkan juga perpecahan umat Islam setelah wafatnya Rosul sampai pada masa Dinasti Umayah, Abasiyah, sampai pada Kesultanan Utsmani. Salah satu akibat perpecahan (baca; perbedaan pendapat) di antara sahabat Rosul adalah munculnya aliran Syi’ah dan Suni. Mengetahui akar permasalahan munculnya aliran Syi’ah dan Suni serta perkembangannya menjadi penting, mengingat di Indonesia banyak umat Islam dari keduanya. Apalagi dengan terjadinya peristiwa di Sampang, Madura awal Lebaran lalu. Munculnya sentimen yang berlebihan menyebabkan dua aliran ini bentrok sampai menimbulkan korban jiwa. Dulu, saya menganggap bahwa Syi’ah hanya kelompok yang memuja sahabat Ali bin Abi Tholib karena terjadinya intrik politik. Ternyata, tidak sederhana seperti itu. Aliran ini memiliki banyak kelompok yang berbeda satu sama lain, mulai dari yang ekstrim sampai yang (sedikit) luwes. Sebagai seorang Ahlussunah wal Jama’ah menyikapi perbedaan tersebut sebagai suatu rahmat, tidak menyalahkan salah satu aliran dengan mana yang benar dan mana yang salah. Sahabat rasul beserta keturunannya semuanya adalah seorang hamba yang taat dan istimewa. Ketika banyak orang yang menganggap setelah sahabat Abu Bakar meninggal, umat Islam yang terjebak pada pragmatisme politik, kita tidak berhak mengklaim bahwa ini salah dan ini benar. Masing-masing mempunyai spirit yang berbeda untuk memperjuangkan sesuatu yang dianggap benar waktu itu. Tidak hanya itu, masih ada buku lainnya yang relevan dengan kondisi kekinian, utamanya di Kota Solo. beberapa hari terakhir ini terjadi teror yang dilakukan oleh sekelompok orang yang diduga terlibat jaringan Abu Sayyaf Filipina Selatan. Buku yang berjudul Jejak Khalifah; Pengaruh radikalisme Timur Tengah di Indonesia karangan Greg fealy Anthony Bubalo sedikit bisa menjelaskan persebaran kelompok yang sering melakukan aksi radikalisme berjubah agama. Banyak Belajar Belajar dari buku sesekali diperlukan untuk menambah wawasan serta pengetahuan. Seringkali banyak pengetahuan yang justru didapatkan dari dari dalam buku ketimbang dari pengalaman langsung. Buku adalah hasil dari penelitian atau pengalaman orang lain. Dengan membaca buku sebenarnya akan menjadikan waktu belajar lebih hemat. Paradigma dulu, mungkin masih diyakini sampai sekarang ini adalah seseorang yang tidak banyak beraktifitas (di luar) dapat dikatakan sebagai seorang yang kurang pergaulan atau bahkan pengangguran. Padahal belum tentu orang yang keluar ke sana-sini mendapatkan hal-hal yang memiliki manfaat besar daripada seseorang yang duduk di kamar membaca buku. Alangkah baiknya jika seseorang mampu mengombinasikan antara keduanya. Belajar dengan buku dilakukan, begitu pula halnya dengan lingkungan. Masing-masing akan saling melengkapi satu sama lain. Membaca buku hasil pengalaman orang lain ada meringkas cara belajar, sedangkan belajar dengan lingkungan akan dapat menguji teori dengan realitas yang ada. Ditulis di Gendingan, Minggu (2/9) pukul 02.00 WIB