Senin, 25 Juli 2011

Dalhar; Sebuah Nama yang Asing?

Ketika mendengar nama itu, banyak teman-temanku yang asing mendengarnya. Saya sendiri yang mempunyai nama juga merasa asing. Beberapa kali saya menanyakan apa arti nama itu termasuk kepada kedua orangtuaku sendiri.
Semakin merasa aneh dengan nama yang melekat pada diriku adalah saat memasuki dunia pesatren awal duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau setingkat dengan SMP. Tidak sedikit teman-teman yang menanyakan sebenarnya apa artinya “Dalhar.” Jawaban yang saya berikan pun sama dengan apa yang disampaikan oleh ayahku dulu ketika saya masih kecil. Jawabannya adalah, “Dalhar” itu adalah isim alam asma. Meski belum tahu apa yang dimaksud, tapi jawaban itu yang saya sampaikan kepada teman-temanku.
Tidak hanya ketika MTs, sewaktu duduk di bangku Madrasa Aliyah (MA) atau sederajat dengan SMA pun ada juga yang menanyakan apa arti yang terkandung dalam namaku. Jawaban yang kuberikan sedikit berbeda. Jawaban ini seperti yang disampaikan oleh guruku, KH. Nu’ma thohir, yaitu (kemungkinan) nama sebuah suku. Tidak dijelaskan suku di mana itu.
Dua jawaban itu adalah modal pertamaku untuk menjawab pertanyaan jika ada yang penasaran dengan namaku. Selain itu sebenarnya ada jawaban lain yang sudah lama saya ketahui. Jawaban ini berasal dari bapakku, bahwa nama itu adalah salah satu gurunya di Gunungpring, Watucongol, Muntilan, Magelang. Namun jawaban yang terakir ini jarang saya berikan untuk menjawab pertanyaan teman-temanku.
Perubahan
Sejak duduk di bangku kuliah, keinginanku tidak hanya ingin tahu apa sebenarnya arti namaku. Keinginanku adalah dapat berziarah ke pesarean-nya di Magelang. Keinginanku itu akhirnya dapat terwujud pada awal Agustus 2009 lalu. Ceritanya pun sangat singkat.
Di penghujung Juli saya mengikuti acara tahlil di rumah salah seorang temanku di Kartasuta, Sukoharjo. Dalam acara malam itu saya sempat berkenalan dengan seseorang yang duduk di sebelahku. Dari perkenalan itu saya tahu bahwa nama teman baruku itu adalah Muhsinin.
Obrolan pun berlanjut dan semakin asyik karena dia adalah orang asli Magelang. Bahkan rumahnya juga tidak begitu jauh dengan makam Mbah Dalhar. Kebetulan juga keesokannya dia akan pulang kampung. Singkat cerita, akhirnya saya memutuskan ikut ke rumahnya dan diajak berziarah ke tempat yang saya impikan.
Untuk kedua kalinya saya berziarah bersama keluarga adalah pada akhir bulan Juli 2010 lalu. Saat itu kami seluruh keluarga sedang melakukan perjalanan panjang untuk bersilaturahmi ke rumah teman-teman bapakku. Saat di Wonosobo ada berita bahwa KH. Muhammad Abdul Haq atau yang akrab disapa Mbah Mat, salah seorang putra Mbah Dalhar wafat. Karena berada di kota yang tidak jauh dari Magelang, ahkirnya diputuskan untuk menghadiri acara pemakaman Mbah Mat sekalian juga berziarah ke makam Mbah Dalhar.
Setelah berziarah dua kali ke pesarean sosok yang menjadi sumber nama “Dalhar,” saya menjadi tidak begitu memperdulikan apa arti namaku. Apalah arti sebuah nama. Saya yakin pastinya kedua orangtuaku mempunyai tujuan yang baik mengapa mereka memberiku nama “Muhammad Dalhar.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar