Minggu, 27 Januari 2013

Waktunya yang Muda Jadi Bos

Kegiatan wirausaha memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Kesadaran bahwa kehadiran para pengusaha turut berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini menjadikan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta banyak menggalakkan progam kewirausahaan. Berbagai progam sengaja ditawarkan kepada generasi muda agar mereka mau dan mampu mengubah pola pikir (mindset) dari pekerja menjadi bos. Menumpuknya pelamar pekerjaan setiap tahunnya menyisakan permasalahan bagi bangsa ini. Berbagai langkah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurai keadaan ini tetapi tidak kunjung menunjukkan hasil yang diharapkan. Misalnya kerja kontrak atau pemberangkatan tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri yang justru seringkali rentan dengan berbagai permasalahan. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa ini dituntut berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan, bukan justru menambah permasalahan yang ada. Selama ini mindset generasi muda umumnya setelah menyelesaikan pendidikan, baik di tingkat SMA maupun perguruan tinggi adalah menjadi pekerja. Ada memang yang mempunyai impian berwirausaha tetapi jumlahnya tidak banyak. Ketika sebagian besar generasi muda memiliki pola pikir sama, yaitu menjadi pekerja, maka yang terjadi adalah akan ada banyak pengangguran karena tidak sebanding antara jumlah lowongan yang ditawarkan dengan jumlah pelamar yang selalu meningkat. Pola pikir atau mindset mempunyai peran besar dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Ketika seseorang mempunyai pemikiran bahwa menjadi pengusaha diyakini sebagai jalan hidup mulia, maka seluruh gerak akan dilakukan akan diprioritaskan untuk menjadi pengusaha. Kesadaran inilah yang penting dipahami oleh generasi muda sebagai penerus perjuangan bangsa ini. Salah satu dari banyak alasan mengapa seseorang enggan berwirausaha dan menjadi bos adalah karena takut menghadapi risiko. Menjalankan kegiatan wirausaha atau bisnis memang sangat erat kaitannya dengan kegagalan dan (sebenarnya lebih) erat kaitannya pula dengan kesuksesan. Kewirausahaan belum diminati karena sebagian besar orang hanya melihat sisi negatifnya- seperti tidak mapan, hidup tidak teratur dan sebagainya- daripada segi postifnya. Sehingga yang terjadi adalah banyak orang enggan berwirausaha dan merasa nyaman untuk berkerja di sebuah instansi yang sudah mapan dengan gaji yang mapan pula. Sepertinya pemikiran nyaman menjadi pegawai tidak sepenuhnya berlaku pada masa sekarang dan masa-masa selanjutnya. Mendapatkan pekerjaan mapan ternyata bukanlah perkara mudah. Modal ijasah saja tidak cukup, tetapi juga harus diimbangi dengan berbagai keterampilan (skills) pendukung agar dapat diterima menjadi pegawai. Diterima di di sebuah perusahaan menjadi semakin sulit lantaran jumlah persaingan dari tahun ke tahun selalu meningkat. Realitas ini terlihat setiap kali acara job fair diselenggarakan. Bursa lowongan pekerjaan ini selalu membludak banyak calon pelamar dari berbagai lulusan level pendidikan. Para pelamar bersaing untuk mendapatkan lowongan yang tidak seberapa dengan ratusan sampai ribuan pelamar lainnya. Jika kondisi ini terjadi setiap tahunnya, tidak menutup kemungkinan di tahun yang akan datang tidak ada angkatan kerja yang diterima karena sudah terlalu penuh. Ketika impian diterima di sebuah instansi tidak semudah yang dibayangkan, mengapa generasi muda tidak mencoba untuk mencari alternatif lain yang lebih baik. Bukankah generasi muda adalah sosok yang memiliki idealisme tinggi yang bersih dari kepentingan (politik praktis) dan ingin semua keadaan yang ada berada dalam kondisi ideal. Melalui idealisme inilah yang merupakan modal terbesar untuk melakukan perubahan bagi diri sendiri maupun orang lain. Pemberdayaan Setiap generasi muda mempunyai peluang besar untuk menjadi pengusaha (baca: bos). Bukan hanya karena keterbukaan akses informasi, tetapi juga banyak instansi yang menawarkan peminjaman modal untuk usaha. Di perguruan tinggi misalnya, kewirausahaan menjadi sebuah mata kuliah yang menuntut mahasiswa untuk melakukan inovasi dan menciptakan sebuah usaha yang nantinya akan bermanfaat di masa mendatang. Tidak hanya itu, dari pemerintah melalui kampus juga memberikan bantuan usaha seperti Progam Mahasiswa Wirausaha (PMW) dan Progam Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). Keduanya merupakan progam bantuan dana dari pemerintah bagi mahasiswa yang mempunyai ide kreatif dan aplikatif di bidang kewirausahaan. Modal yang diberikan ini diharapkan dapat mewujudkan gagasan wirausaha yang diusulkan mahasiswa. Ketika generasi muda mau menjadi pengusaha pada dasarnya turut berkontribusi untuk pembangunan bangsa ini. Selain mengurangi kuota pelamar pekerjaan yang selalu meningkat setiap tahunnya, mejadi pengusaha juga dapat menyerap angkatan kerja yang belum tertampung oleh perusahaan. Tentunya besarnya penyerapan ini tergantung dari usaha yang dijalankan. Penulis dapat mengatakan demikian berdasarkan pengalaman menjadi “bos kecil” di kampus. Ketika menjadi mahasiswa penulis memulai usaha yaitu berjualan es teh. Awalnya memang diliputi banyak kekhawatiran dengan usaha yang baru dilakukan ini. Akan tetapi dengan niat yang baik, sambil berjalan dan berbenah diri ada banyak pelajaran yang didapatkan. Dari usaha kecil inilah mindseat penulis pun berubah. Ternyata berwirausaha, utamanya di usia produktif (baca: generasi muda) dapat memberikan banyak keuntungan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ada dua hal terpenting yang penulis dapatkan dari usaha kecil ini. Pertama, menciptakan lapangan pekerjaan. Dalam setiap bisnis tidak mungkin dijalankan sendiri. Dibutuhkan teman agar usaha yang dijalankan dapat berjalan. Dua orang tetangga kos yang memang sedang membutuhkan pekerjaan pun dengan senang hati mau menjadi penjaga teh di kampus. Hubungan yang dibangun bukan majikan dan pegawai tetapi lebih pada pertemanan (partnership). Penulis juga mempersilahkan mereka untuk menitipkan snack atau camilan yang dibuat sendiri untuk dijual di sana. Tentu menjadi generasi muda yang bermanfaat bagi sesama adalah sebuah kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri. Kedua, dengan berwirausaha akan memiliki banyak waktu luang dan kesempatan untuk belajar lebih banyak. Berwirausaha tidak perlu seperti pekerja yang harus selalu berada di kantor setiap hari masuk dan pulang sesuai dengan jam kerja. Menjadi bos dapat membuat jadwal lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan. Kelonggaran waktu yang dimiliki dapat digunakan untuk hal lain misalnya ke perpustakaan, memasarkan produk, memperluas jaringan (networking), dan berbagai aktivitas produktif lainnya. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat yang didapatkan dengan menjadi pengusaha, seperti melatih manajemen diri, bersosialisasi dengan orang lain, melatih diri untuk bertanggung jawab, dan sebagainya. Generasi muda adalah aset berharga yang dimiliki oleh negeri ini. Sayang rasanya jika aset berharga ini tidak memiliki peran nyata untuk bangsa, tetapi justru menambah permasalahan. Diawali dari mindset menjadi bos dan mampu merealisasikannya dapat menjadi kontribusi kongrit generasi muda untuk negeri ini. Mulai sekarang generasi anak-anak dan generasi muda tidak perlu lagi malu untuk mengatakan bahwa impiannya adalah menjadi pengusaha. Berwirausaha adalah salah satu kontribusi generasi muda yang dapat diberikan kepada negeri tercinta ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar