Senin, 17 Juni 2013

Menikah…?

“Manakala Dia memilihkanmu untukku dan memilihkan Untukmu serta menyatukan kita, sesungguhnya dia itu tidak sedang menyatukan dua manusia manusia sempurna, tetapi dua orang yang saling memiliki kekurangan dan kelebihan disatukan agar menjadi keutuhan...” Langit tampak begitu cerah. Beberapa romobongan kendaraan bermotor mulai berdatangan. Pagi itu kami yang tergabung dalam ikatan santri Raudhatul Tahalibin (RT) berencana mengadakan perjalanan ke Kulon Progo, Yogyakarta. Tujuan utama tour ini adalah menghadiri acara pernikahan salah seorang teman yang kebetulan juga alumni dari pondok RT. Keduanya adalah Ade Yuniar Irawan dan Sufi Ani Rufaida. Kami yang terdiri dari saya, Farid, Ardan, Aqram, Muslih, Aufa, Maulana, Habibi, Harun bersepakat berangkat lebih awal agar tidak terlamabat saat acara sakrel tersebut. Perjalanan dimulai sekitar pukul 06.30 WIB. Sebelum berangkat kami juga sepakat akan berkordinasi kembali di Prambanan sebelum sampai di lokasi. Kordinasi ini dimaksudkan untuk memudahkan komunikasi, selain menggunakan handphone (hp). Selama perjalanan tidak ada banyak kendala kecuali ban bocor dan juga penafsiran peta yang keliru. Ketiadaan skala peta menjadikan kami ragu bahkan bingung dengan jarak yang ada di antara masing-masing tanda. Sempat kami yakin bahwa lokasi sudah dekat karena ciri-ciri yang terdapat di peta sudah seuai. Akan tetapi setelah bertanya kepada penduduk setempat, lokasi yang dimaksud dalam peta masih cukup jauh, sekitar lima kilometer. Mungkin ini sekaligus juga menjadi rekomandasi untuk undangan selanjutnya agar disertakan skala dalam peta. Kami cukup beruntung karena sesampainya di lokasi acara baru saja dimulai. Kedua teman kami yang dulu banyak diceritakan pagi itu tengah duduk berdua di singgasana dengan pakaian tidak seperti biasa. Warna hijau lengkap dengan bunga-bunga di sekelilingnya. Kedua orangtua mempelai juga duduk di sebelahnya. Entah apa yang ada di dalam perasaan teman kami itu. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka berdua saat itu setelah menjadi suami istri. Misteri dan Kejutan Acara resepsi diselenggarakan ala pedesaan. Semua tamu undangan dipersilahkan duduk untuk mengikuti rangkaian acara sambil menikmati hidangan yang disediakan. Selain acara serah terima pengantin oleh wali juga disampaikan ceramah sebagai mauidhah hasanah. Bukan sebuah kebetulan jika yang menjadi penceramah saat itu adalah pak Nur Chotib yang tidak lain adalah guru kami dan juga guru bagi kedua mempelai. Di dalam ceramahnya yang disampaikan banyak menyinggung tentang keutamaan menikah dan juga tugas suami maupun istri. Masing-masing mempunyai peran di dalam membangun kehidupan rumah tangga yang harmonis, sakinah mawahdah warahmah. Hal utama yang perlu dilakukan adalah meniru cara Rasulullah Saw dalam membina rumah tangga. Tidak lupa pula, status kami yang masih banyak yang jomblo juga tidak luput sari pembahasan. Menurut beliau, seseorang yang belum menikah berarti belum utuhkeimanannya, alias masih separo. Oleh karena itu ketika sudah berminat menikah langsung segera menikah, tidak perlu menunggu banyak pertimbangan. Sepertinya sudah menjadi keniscayaan bahwa kebanyakan setiap orang akan mengalami fase pernikahan. Fase ini merupakan sebuah fenomena yang masih menjadi misteri sekaligus juga kejutan. Menjadi misteri karena di antara manusia tidak ada yang tahu siapa yang akan menjadi jodohnya di kemudian hari. Dikarenakan itu masih menjadi misteri maka setiap orang baik laki-laki maupun perempuan dipersilahkan untuk mencari calon pendamping hidup. Tentunya ini bukan serta merta lantas bebas menggunakan segala cara, tetapi sudah diatur semuanya dalam agama (Islam). Di dalam Islam semua aspek kehidupan manusia sudah diatur, termasuk hal pernikahan. Menjadi sebuah kejutan karena setelah menikah akan diketahui sekaligus menjadi kejutan siapa yang menjadi pasangan hidupnya. Bisa jadi itu teman sendiri, pacar, tetangga, atau bahkan seseorang yang belum kenal sebelumnya. Tentu kejutan siapa yang akan menjadi pendamping hidup kelak tidak dapat dilepaskan dari usaha atau pendekatan yang dilakukan sebelumnya. Pernikahan merupakan momentum sakral untuk mempertemukan dua insan untuk membangun rumah tangga secara sah. Dengan sebuah akad, dua mempelai disatukan dalam sebuah ikatan dan komitmen lahir batin.

2 komentar: