Selasa, 18 Juni 2013

Sebuah Peringatan

Sebagaimana di bulan Rajab kemarin, di bulan Sya’ban ini juga terdapat banyak keutamaan yang dapat dilaksanakan oleh kaum muslimin. Salah satunya adalah dengan memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Pada bulan Sya’ban ini pula ayat al-Qur’an yang memerintahkan orang-orang yang beriman untuk senantiasa bershalawat diturunkan. Sebelum Allah memerintahkan kepada manusia, Dia bersama dengan para malaikat-Nya sudah bershalawat terlebih dahulu kepada Rasulullah Saw. Disebutkan bahwa bulan Rajab adalah bulan milik Allah, bulan Sya’an bulan milik Rasulullah Saw, dan bulan Ramadhan adalah bulan kaum muslimin. Oleh karena bulan Rasulullah Saw, para ulama sangat menganjurkan di bulan Sya’ban untuk memperbanyak membaca shalawat. Selain shalawat, di bulan Sya’ban pula terdapat keutamaan untuk membaca do’a pada pertengahan bulan atau “Nisfu Sya’ban.” Malam ini adalah malam di mana amalan tahunan manusia dilaporkan kepada Allah Swt. Begitu sakralnya malam ini kemudian oleh para ulama’ Ahlussunah wal Jama’ah (Aswaja) umumnya memperingatinya dengan memperbanyak membaca do’a. Do’a bersama dilakukan setelah shalat Maghrib dengan membaca surat yasin sebanyak tiga kali. Niat do’a pertama adalah dipanjangkan umur dalam keta’atan. Niat do’a kedua adalah dimudahkan rejekinya, dan niat yang ketiga agar dijauhkan dari bencana atau bala’. Biasanya do’a ini dilakukan secara berjama’ah di masjid. Tanpa Tuntutan? Belakangan ini muncul kelompok Islam yang mengecam berbagai acara peringatan yang dilakukan oleh kelompok Islam kultural seperti Nadhlatul Ulama’. Mereka menganggap bahwa berbagai amalan yang dilakukan, termasuk peringatan “Nisfu Sya’ban” tidak pernah dicontohkan Rasulullah Saw dan tidak ada dalil yang memerintahkannya. Tidak hanya itu, beberapa acara peringatan seperti khaul, maulid, Isra’ Mi’raj, dan peringatan lainnya tidak luput dari kecaman dan klaim neraka. Kehadiran acara peringatan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi orang-orang beriman. Mengingat (dzikir) Allah maupun mengingat tentang Allah merupakan perintah-Nya. Mengingat Allah pun juga perlu diingatkan agar tidak lupa di tengah kehidupan dunia yang melenakan ini. Misalnya saja peringatan kematian atau khaul. Hakekatnya khaul adalah acara untuk memperingati kematian orang-orang sholeh yang telah mendapatkan nikmat, bukan lainnya. Karena hakekatnya kesempurnaan nikmat adalah meninggal dunia dalam keadaan khusnul khotimah. Oleh karena itu khaul adalah peringatan untuk orang-orang sholeh. Di dalam acara khaul akan mengingatkan bahwa setiap orang pasti akan meninggal dunia. Dari acara itu juga akan diketahui sejarah kehidupan (manaqib) orang-orang sholeh yang akan memberikan spirit kepada orang-orang yang hidup untuk mendapatkan derajat tinggi, meninggal dalam khusnul khotimah. Orang yang meninggal dunia, terlebih adalah orangtua, lebih membutuhkan pertolongan dibandingkan ketika masih hidup. Sewaktu masih hidup mungkin sedikit banyak mungkin masih bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Akan tetapi ketika sudah meninggal mereka sangat membutuhkan pertolongan setiap saat. Apakah pantas sebagai seorang anak membiarkan orangtua yang telah meninggal dunia begitu saja. “Bagaimanapun kondisi kita sekarang, setiap detik kita sebagai anak tidak dapat lepas dari jasa kedua orangtua.” Sebenarnya berbagai ritual lainnya seperti tahlil, tujuh hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya merupakan sebuah acara yang bertujuan untuk mendo’akan. Ketika anggapan Rasul dan para sahabatnya tidak pernah mencontohkan karena pada hakekatnya mereka senantiasa berdo’a dan berdzikir setiap saat. Pada dasarnya peringatan apaun itu diperbolehkan asalkan bertujuan untuk mengingat atau berdzikir kepada Allah Swt. (Disarikan dari pengajian al-Inshof, Senin (17/6) malam bersama KH. Abdullah Sa’ad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar