Selasa, 26 Februari 2013

Riwayat Nasi Kotak Delivery (bag. 1)

Bulan Februari ada sepenggal kisah penting bagiku, khususnya dalam membangun sebuah bisnis. Meski hanya bertahan tiga bulan, dari usaha catering ini ada begitu banyak pelajaran berharga dalam hidupku. Dalam waktu singkat, nama “Nasi Kotak Delivery” menjadi familiar, bahkan menjadi primadona di kampus UNS dan sekitarnya. Selesai melaksanakan ujian skripsi (baca: pendadaran) akhir Desember 2011, otomatis ada cukup waktu longgar. Sebagian dari waktu itu digunakan untuk berorganisasi dan sebagian yang lain adalah merevisi tugas akhir serta menulis. Dari aktivitas sederhana itu kemudian muncul gagasan untuk mendapatkan tantangan lebih, mengingat wisuda yang diikuti adalah Juni, bukan bulan Maret. Dan Aku pun mendapatkan jawabannya. Akhir Januari 2012. Seno, salah seorang teman mengajak untuk berbisnis makanan. Saat itu Aku sedang di Jepara mengikuti prosesi Pilkada. Tidak ingin melewatkan ajakan ini, setelah menggunakan hak pilih, Aku langsung meluncur ke Solo. Sesampainya di Kota Bengawan, dirumuskanlah sebuah bisnis yang bernama “Nasi Kotak Delivery.” Tentu prosesnya tidak singkat tetapi juga dengan sedikit analisis SWOT. Singkatnya, konsep yang ditawarkan dari bisnis ini adalah nasi kotak dengan menu utama paha ayam crispy. Kemudian, kami tidak membuka rumah makan, tetapi hanya layanan delivery. Harga yang ditawarkan pun cukup murah, yaitu Rp 5000 sudah termasuk ongkos kirim. Meski namanya mungkin tidak menjual, tetapi itulah hasil maksimal kami. Sebagai bentuk kesungguhan, kami pun berangkat ke Pasar Legi untuk survei pasar dan membeli berbagai bahan serta keperluan memasak. Dari toko-toko kami dikunjungi, sebagian besar dari mereka cukup kaget dan mendukung usaha kami. Tidak semua alat kami beli karena memang modal yang dimiliki pun tidak banyak. Model pertama menjalankan bisnis ini sekitar Rp 700.000. maklum saja, kompor gas dan blender yang digunakan adalah milik ibu Seno yang tidak terpakai di rumah. Kami pun menganggap bahwa bisnis ini nekat karena modal yang digunakan sangat minim. Untuk menekan biaya operasi, kosku digunakan sebagai kantor sekaligus tepat memasak. Sebelum memulai bisnis, dilakukanlah uji coba. Kesempatan pertama menggoreng ½ kilogram daging ayam. Penggorengan pertama menuai kegagalan. Dari luar tepung ayam terlihat kering dan cokelat, tetapi pada bagian dalam kondisnya masih mentah. Dengan sangat terpaksa, harus digoreng ulang. Tetap saja hasilnya kurang maksimal. Berbagai informasi seperti internet maupun penjual ayam goreng ditanya. Hasilnya, penggorengan selanjutnya dilakukan setelah ayam dimasak matang dengan cara dikukus dan diberi bumbu bawang putih. Dengan begitu, penggorengan hanya untuk menjadikan tepung kering dan renyah. Setiap hari hampir selalu ada kesalahan dan kami pun mendapatkan jawabannya. Misalnya ketika memasak nasi, membuat sambal, menggoreng, pelayanan, dan sebagainya. Senin pekan pertama Februari 2012 adalah hari pertama Nasko beroperasi. Kesempatan pertama hanya dari lingkungan teman-teman yang mau membeli. Meski sebagian dari mereka mungkin ada yang membeli karena kasihan, tetapi itu adalah modal yang sangat besar bagi kami. Ternyata teman-teman pun turut mendukung usaha baru ini. kami pun bersemangat untuk berwirausaha. Siang hari, ketika terik matahari menyengat kulit, kami berdua harus membawa nasi kotak dan dikelilingkan ke beberapa instansi yang ada di sekitar kampus. Bahkan, Aku juga membawanya ke tempat kursus bahasa Inggris di Colomadu. Meskipun tidak ada yang membeli, namun bagiku itu adalah sebuah perjuangan besar yang menarik untuk dikenang. Pekan pertama masih begitu banyak kendala yang harus kami hadapi. Beberapa kendala itu antara lain, cara menyosialisasikan ke kampus, membuat sambal yang sedap, kualitas ayam agar maksimal, dan juga pengaturan jadwal kegiatan masing-masing. Waktu itu Seno masih mengambil banyak kuliah, sedangkan Aku memiliki banyak agenda kota di organisasi. Mengatur itu semua, sampai-sampai kami berdua harus tidur larut malam untuk memikirkan bagaimana pelanggan dapat memesan nasi dan diantar secepatnya. Dan pagi harinya harus belaja ayam, kubis, timun, minyak dan keperluan lainnya di Pasar Ledoksari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar