Selasa, 26 Februari 2013

Riwayat Nasi Kotak (Nasko) Delivery (bag. 2)

Memasuki pekan kedua sudah ada pembeli Nasko, nama akrab Nasi Kota Delivery yang mulai memesan via sms dan telepon. Sosialisasi melalui selebaran maupun sms kepada teman memberikan harapan pada kami. Bahkan beberapa pesanan jumlah besar juga menyambangi bisnis kami yang baru. Setiap pagi, sebelum berangkat ke kampus Seno menggoreng ayam. Sedangkan Aku bertugas memasak nasi dan juga menyiapkan perlengkapan seperti lalap, kardus, dan juga manajemen perusahaan. Mulai pukul 09.00 WIB Nasko siap beroperasi. Dengan modal sosialisasi selebaran dan sms kami tidak lagi harus berkeliling ke kota dengan membawa kardus, tetapi hanya menunggu dan sesekali menawarkan kepada teman-teman yang belum masuk daftar pelanggan. Ketika ada pesanan, kami langsung menyiapkan dan mengantarkan ke lokasi. Meski satu kardus tetap kami antarakan. Akan tetapi sangat jarang yang memesan hanya satu kecuali mereka yang ingin menguji kesungguhan kami. Ada sebuah pengalaman menarik dan berharga bagi kami. Pengalaman pesanan pertama adalah datang dari salah satu organisasi keagamaan di kampus. Saat itu mereka mendapatkan kunjungan dari kampus Jawa Barat. Karena mendadak, panitia pun memesan makan malam, pagi, dan siang sekaligus. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk menunjukkan kepada pelanggan bahwa Nasko bukan usaha yang biasa-biasa saja. Kesepakatan dengan panitia, sarapan selesai pukul 07.00 WIB. Akan tetapi pada hari yang disepakati, ada sesuatu yang harus menjadikan pesanan datang terlambat. Kondisi yang menyebabkan Aku sangat panik adalah ketika mesin bis sudah dipanaskan, ayam masih ada di penggorengan. Aku yang bertugas mengantarkan Nasko ke kampus beberapa kali dihubungi panitia. Betapa gelisahnya saat itu. Semuanya serba tidak nyaman. Akhirnya, dengan sangat terpaksa, bus berangkat lebih dulu dan panitia akan menyusulkan sisa Nasko yang kurang ke Tawangmangu. Untuk menebus kesalahan tersebut, makan siang akan disiapkan lebih awal dan pelayanan yang super. Tantangan selanjutnya Setiap hari ada pemesan via sms. Bahkan ada yang sudah langganan setiap jam tertentu di kosnya disediakan Nasko dengan sambal ganda. Kami pun mengantarkannya sampai ke lokasi. Awalnya memang membutuhkan perjuangan ekstra untuk dapat menemukan alamat pemesan. Terbiasa dengan mengantar pesanan, sampai-sampai kami hafal nama kos, jalan dan juga nama penghuninya. Ketika usaha hampir berjalan lancar, muncul pertimbangan untuk menaikkan harga yang sudah terlanjut dipublikasi. Sebenarnya tidak rugi dengan harga Rp 5000, tetapi masih terlalu minim. Untung yang didapatkan tidak sebanding dengan waktu yang dikorbankan. Atas dasar itulah harga Nasko resmi dinaikkan menjadi Rp 6000. Kami pun membuat selebaran terbaru dan juga mengirimkan pemberitahuan kepada pelanggan yang sudah ada via sms. Bagi kami, hal semacam ini adalah sesuatu yang wajar dalam membangun sebuah usaha. Terlebih lagi usia Nasko yang baru beberapa hari. Sempat juga ada yang mengatakan bahwa usaha yang baru lahir ini sudah mengalami kerugian yang besar. Menjawab hal itu kami hanya terus menjalankan usaha ini semampu kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar