Jumat, 01 April 2011

Berziarah ke Imogiri*

Suara orang berdo’a terdengar jelas dari pendopo kecil dari sebuah pegunungan di Kecamatan Imogiri, Bantul Yogyakarta, Minggu (8/2) sore. Itu adalah suara para peziarah di makam raja-raja Mataram. Komplek makam itu dikenal dengan nama Imogiri.
Pertama kali memasuki Imogiri, mata ini ditunjukkan dengan tembok-tembok besar berrwarna kusam yang berdiri kokoh di atas gunung. Beberapa abdi dalem berbusana Jawa lengkap menyambut dan melayani para peziarah.
Memasuki gapura pertama, peziarah akan melihat makam Sultan Agung Hanyokrokusumo. Makamnya tidak seperti pada umumnya. Bentuknya sangat besar dan terdiri dari tumpukan batu bata yang tertata rapi. Namanya juga raja, walaupun sudah meninggal pun masih tetap dimuliakan.
Untuk bisa sampai di atas, peziarah bisa melewati ratusan bahkan ribuan anak tangga. Atau bisa juga menggunakan jasa ojek. Saya sendiri mengendarai motor, jadi tidak perlu ojek atau menaiki tangga. Di pendopo kecil di dalam komplek makam saya bertemu dengan salah seorang rombongan ziarah dari Blitar. Perempuan setengah baya itu terlihat lelah karena sudah empat hari melakukan perjalanan wisata realigi. “Dari Banten, rombongan menuju ke Imogiri. Setelah itu tujuannya adalah ke Ponorogo,” katanya.
Minggu sore makam sudah tutup. Bukan berarti kok sia-sia tujuanku datang ke Imogiri ini. Esensi dari kegiatan ziarah adalah berkunjung. Dan ini sudah kulakukan. Berdo’a juga tidak harus dekat. Jarak tidak menjadi masalah, apalagi cuma terhalang sebuah pintu besar.
Peziarah diperbolehkan mengambil air keramat dari kendi peninggalan keraton. Menurut salah seorang petugas kebersihan di sana, air dalam empat kendi besar itu diganti setiap satu tahun sekali. “Kendi itu merupakan hadiah dari luar keraton,” tuturnya.
Imogiri, Kerajaan di atas Gunung
Suasana sore itu tampak sepi. Para pedagang hanya duduk menunggu dagangannya sambil berharap ada peziarah yang membeli dagangannya. Hari semakin sore. Suasana di komplek makam pun semakin sepi. Para pedagang besiap membawa pula seluruh dagangannya. Begitu pula dengan saya yang harus segera pulang.
Sebelum pulang sempat pula saya mengelilingi komplek makam Imogiri. Dalam istilah setempat komplek makam disebut dengan “benteng.” Saya sempat mengelilingi benteng. Dari salah seorang petugas kebersihan yang kutemui saya menjadi tahu bahwa setiap Jum’at dan Selasa Kliwon banyak ornag yang melakukan seperti apa yang kulakukan, yaitu mengelilingi benteng. Selain dua hari itu, ada lagi yaitu pada malam satu Suro.
Makam Imogiri tebagi dua komplek. Di sebelah barat adalah makam seluruh keluarga dan kerabat Pakubuwono (PB) dari Kasunanan Surakarta. Di sebelah timur adalah makam keluarga dan kerabat Hamengkubuwono (HB) dari Kasultanan Yogyakarta. Saat terjadi gempa di Yogyakarta tahun 2006, Imogiri pun tidak luput dari musibah itu. Perlu waktu sepuluh bulan untuk memperbaiki makam raja yang juga termasuk benda cagar budaya (BCB).
Seluruh abdi dalem yang bertugas di Imogiri adalah masyarakat asli dukuh Pajimatan, Girirejo, Imogiri. Begitu juga dengan pedagang yang ada di komplek makam raja ini. Kehadiran makam raja ini cukup berpengaruh bagi pendapatan masyarakat setempat. Entah itu dari perdagangan, jasa ojek, parkir maupun jasa kamar mandi.
Komplek pemakaman raja ini terletak di Pajimatan, Girirejo, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Saya menyebutnya komplek ini sebagi istana di atas gunung karena memang bangunannya sangat megah. Tembok tebal dan pintu yang penuh dengan ukiran menjadi ciri Imogiri. Selain itu, ribuan tangga juga menjadi tantangan tersendiri bagai para peziarah yang ingin bisa sampai di atas.
Inilah makam raja Jawa. Dia tidak hanya menjadi raja ketika masih hidup di dunia. Bahkan ketika sudah meninggal pun, status sebagai orang besar masih di bawanya. Dari bawah, Imogiri terlihat berdiri sangat indah dan kokoh. Inilah makam raja Jawa yang agung. Sebagaimana ketika masih hidup, ketika meninggal pun di makamkan di kerajaan, kerajaan di atas gunung.
*Diambil dari catatan harian edisi, Minggu, 13 Februari 2011 pukul 14.50 WIB. Ditulis ulang dengan berbagai perubahan seperlunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar