Jumat, 01 April 2011

pra Kongres PMII

Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dilaksanakan sebentar lagi. Berbagai macam persiapan pun dilakukan untuk menyambut acara akbar tersebut. Kongres kali ini dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tanggal 9-14 Maret 2011.
Dari PMII Solo juga tidak luput geger untuk mempersiapkan kader-kader (terbaiknya) untuk datang ke acara tersebut. Biaya masih menjadi kendala utama dalam acara tersebut. Meskipun demikian, akhirnya diputuskan lima orang yang berangkat ke Kongres tersebut.
Dalam Kongres yang bertajuk Satu Pergerakan Untuk Kejayaan Indonesia itu selain mengevaluasi kinerja kepengurusan selama satu periode atau dua tahun, juga sebuah forum untuk memilih Ketua Pengurus Besar (PB) PMII baru. Rencanaku saya juga ikut ke acara besar tersebut. Saya sendiri sempat kecewa dengan keputusan ketua umum (ketum) PMII Solo, Agus Riyanto. Pasalnya dia lebih mengutamakan keterwakilan perempuan daripada kualitas. Dia menginginkan agar dari Solo ada delegasi perempuan. Dan rencananya adalah perempuan yang masih sangat awam dengan PMII.
Saya sebagai ketua PMII Komisariat Kentingan pun merasa berhak untuk menentukan siapa delegasi dari Komisariat Kentingan yang tepat untuk bisa ikut dalam acara akbar tersebut. Yang penting adalah jangan anggota baru. Alasannya karena di forum kongres adalah forum nasional yang sangat jauh dari jiwa intelektualitas, apalagi mengedepankan prinsip keagamaan. Bisa jadi anggota yang masih awam akan shock dengan forum kongres dan (takutnya) memiliki penilaian lain (negatif) terhadap PMII.
Isu kongres PMII juga terasa di kamar Om Din, Sekarpace, Solo. Selasa (1/3) malam saya dengan Omku sedikit banyak menyinggung isu kongres yang akan dilaksanakan di Kalimantan tanggal 9 sampai 15 Maret mendatang. Dia menceritakan pengalamannya dulu sewaktu menjadi ketua Pengurus Kordinator Cabang (PKC) Jawa Tengah. Sholahudin menyesalkan sikap salah seorang kandidat yang sering melakukan penculikan ketua cabang. “Penculikan sering dilakukan dan sering pula dengan ada intimidasi,” kenangnya.
Sebentar lagi, lanjutnya, di Jawa Tengah akan ada deklarasi PMII Cabang untuk menolak pencalonan salah seorang kandidat sebagi Pengurus Besar (PB) PMII periode mendatang. “Dalam waktu dekat ini akan ada deklarasi itu,” terangnya.
Dia juga menyarankan kepada Ketum PMII Solo untuk tidak membawa kader dalam jumlah besar. Alasannya, lebih baik dana yang ada digunakan untuk kegiatan organisasi. Dana yang ada akan menjadi lebih bermanfaat daripada harus dibuang dalam ajang Kongres PMII di Banjarmasin.
Saat saya tanya terkait keuntungan menjadi Ketua PB PMII, Sholahuddin menjelaskan bahwa menjadi ketua umum di sebuah organisasi yang besar akan mempermudah untuk melakukan lobi-lobi dengan pejabat atau tokoh penting lainnya. “Apabila menjadi pejabat negara juga akan membawa nama organisasi juga,” tuturnya.
Dari keuntungan menjadi Ketum sebuah organisasi besar, dia menyayangkan sikap yang kurang sopan ketika dilakukan pemilihan ketua di ajang Kongres. Banyak kader PMII yang tidak mengedepankan sikap sebagai seorang yang berjiwa intelektual.
Dalam acara Kongres PMII, kalau bisa berangkat itu sudah bisa dipastikan bisa untuk pulang. “Para alumni PMII itu tidak tega kalau melihat ada kader PMII yang terlantar,” tegas Sholahuddin.
Ditulis di Sekre PMII, Selasa (1/3) pukul 22.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar