Rabu, 18 September 2013

PNS Pilih Orang-Orang Bejo

Bulan September ini banyak orang mencari informasi seputar penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS). Lowongan ini selalu ramai dan menjadi favorit waktu ke waktu. Kehidupan yang mapan dan adanya tunjangan dana pensiun menjadikan daya tarik tersendiri sehingga kesempatan ini banyak ditunggu-tunggu. Tahun ini ada begitu banyak instansi pemerintahan maupun kementerian yang membuka kesempatan menjadi abdi negara. Lulusan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta menjadi peminat terbesar lowongan bursa kerja ini. Dengan modal ijasah dan pas photo, seorang sarjana dari berbagai tingkatan dapat mendaftarkan diri secara online. Ada juga beberapa instansi yang sekaligus menyaratkan untuk melampirkan (upload) surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) dan Kartu Kuning dari Disnaker. Mendadak dua instansi tersebut ramai dikunjungi para calon pelamar untuk meminta surat-surat yang diperlukan. Buku-buku seputar sukses CPNS pun laris manis di pasaran. Cukup mencengangkan, karena dari waktu ke waktu lowongan yang ditawarkan selalu tidak sebanding dengan jumlah peminat yang ada. Misalnya saja di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Total CPNS yang ditawarkan adalah 250 dengan berbagai jabatan. Akan tetapi di awal bulan jumlah pelamar sudah mencapai ribuan orang. Jumlah tersebut masih berpotensi untuk terus meningkat sampai pendaftaran ditutup pada pertengahan bulan ini. Berdasarkan formasi yang tersedia di setiap instansi, rata-rata yang dibutuhkan hanya satu CPNS saja. Ada beberapa yang membutuhkan lebih dari itu, tapi tidak sampai hitungan sepuluh. Persaingan di antara pelamar pun sangat ketat. Tentunya seorang pelamar harus berjuang keras agar dapat ‘mengalahkan’ pelamar lainnya. Persaingannya pun lebih ketat daripada memperebutkan kursi di dewan dalam bursa pemilihan umum. Berdasarkan survei yang dikutip dari keuntungan menjadi pns. html menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan. Sebanyak 60% para peserta tes CPNS adalah orang yang berniat mencoba-coba peruntungannya, atau mungkin mereka sudah penya pekerjaan tetapi tetap mencoba tes karena siapa tahu dapat lolos tes CPNS dan mampu memperbaiki taraf hidup. Sebanyak 20% peserta tes CPNS adalah mereka yang baru lulus kuliah (fresh graduate) dan tentunya ingatan serta semangatnya masih sangat segar. Harapan yang masih besar menatap masa depan inilah yang menjadikan mereka bersemangat untuk mencobanya. Sebanyak 10% peserta tes CPNS adalah orang yang merasa dirinya pasti lulus dan menganggap tes ini hanya formalitas saja. Misalnya karena dia sudah lama menjadi honorer yang memang sudah ada tempat untuknya atau karena hal lainnya. Dan kurang dari 10% orang yang memang bersungguh-sungguh belajar dan mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan tempat menjadi abdi negara. Fakta di atas memang bisa dibenarkan karena di LIPI saja dari total pelamar 8.188 per 12 September 2013 hanya ada 65 pelamar yang lolos verifikasi berkas. Artinya seluruh datanya lengkap. Sedangkan jumlah tersebut hanya ada 46 pelamar yang berkesempatan mengikuti tes CPNS. Kesempatan ini tentunya diberikan bagi mereka yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum dalam formasi pendaftaran. Dapat disimpulkan bahwa ribuan calon pendaftar sebagian besar adalah coba-coba. Hal semacam ini juga terjadi pada depatemen lain seperti BKKBN, Kemensos, dan mungkin semua lembaga yang membuka CPNS. Wiraswasta Siapa yang tidak tergur menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dengan beragam fasilitas yang diberikan negara. PNS banyak diburu karena ada anggapan bahwa dengan menjadi abdi negara akan mendapatkan jaminan hidup, utamanya dalam bidang ekonomi. Beberapa (lagi) keuntungan menjadi PNS, di antaranya, mempunyai posisi yang kuat dan jaminan keamanan kerja karena diangkat dengan SK meneteri, gubernur, bupati atau walikota; kepastian gaji dan standar gaji tinggi ditmabah dengan berbagai tunjangan, baik tunjangan fungsional maupun jabatan; tidak ada PHK; jenjang kepangkatan yang jelas dan diatur oleh Undang-undang; peluang yang besar untuk berbagai promosi jabatan; peluang untuk mengikuti peningkatan SDM baik training maupun pendidika yang tinggi; dan adanya dana pensiunan yang dijam oleh pemerintah. Tidak mengherankan jika aneka fasilitas yang diberikan menjadikan dari waktu ke waktu lowongan menjadi pegawai negeri tidak pernah sepi peminat. Bahkan tidak jarang kesempatan ini menjadikan sebagian pelamar rela membayar ‘mahar’ terlebih dahulu untuk mendapatkan posisi yang diinginkan. Dan menjadi sebuah keprihatinan tersendiri karena kehidupan abdi negara lebih terjamin dan mapan daripada kelompok yang dilayani, yakni masyarakat. Ada yang berpendapat kehidupan PNS lebih terjamin daripada wiraswasta. Menurut penulis, PNS atau wiraswasta adalah sebuah pilihan. Dan masing-masing pilihan mempunyai alasan dan konsekuensi berbeda. Sebagian orang dengan menjadi PNS hidup akan terjamin kesejahteraannya dari segi ekonomi. Setiap hari mereka berangkat kerja dengan pakaian rapi dan jam yang tetap. Semuanya terkesan teratur. Meski demikian ada juga pegawai yang melepas status kepegawaiannya karena lebih ingin meneruskan kariernya. Sebagian lagi memilih wiraswasta karena menganggap PNS adalah pekerjaan yang mengekang kebebasan seseorang. Setiap hari para abdi negara bergerak, berkerja sebagaimana robot. Hanya rutinitas yang dijalankan, minim sesuatu yang baru. Tentunya pilihan ini tidak lepas dari sudut pandang dan pengalaman setiap orang yang berbeda-beda. Sekali lagi, ini adalah pilihan dan masing-masing mempunyai konsekuensi berbeda. Menyikapi perbedaan pendapat ini, penulis berpendapat, entah itu PNS atau masyarakat biasa, antara keduanya mempunyai tugas yang sama, yaitu sama-sama menjadi warga negara yang baik. Ketika menjadi pegawai, jadilah pelayan yang baik bagi masyarakat. Karena berbagai fasilitas yang diberikan termasuk dana pensiunan adalah himpunan uang dari masyarakat. Begitu juga masyarakat sebagai pengguna layanan setidaknya juga tahu kewajiban dan hak-haknya sebagai warga negara. Ketimpangan status semacam ini dapat dilihat dari instansi pemerintahan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. Ketika warga mengurus keperluan di instansi yang bersangkutan masih sering terdengar bisik-bisik bahwa pelayanannya lambat, dipersulit dan lain sebagainya. Tentunya sebagai pelayan masyarakat para pegawai juga tahu dan sadar bahwa masyarakat yang mereka layani memiliki berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Jadi tidak bisa dipukul rata. Memang ada yang butuh pelayanan khusus dan biasa. Layanilah masyarakat dengan mudah dan cepat. Toh, berbagai berbagai tunjangan yang diterima adalah uang masyarakat juga. Kalau bisa dipercepat mengapa harus dipersulit. Prinsip “orang pintar kalah dengan orang bejo” mungkin yang menjadi spirit dari mereka yang mendaftar sebagai CPNS. Banyaknya pesaing tidak menjadi penghalang untuk maju terus memperjuangkan impian, menjadi pelayan masyarakat. Memang, tidak ada salahnya untuk mencoba, apalagi tanpa ada pungutan biaya alias gratis. Dan pelamar tidak tahu hasilnya, lolos seleksi atau tidak kalau tidak dicoba. Sudah selayaknya jika perjuangan panjang menuju kursi PNS juga dibayar setimpal. Bukan dengan korupsi atau memperkaya diri, tetapi dengan menjadi orang bejo yang melayani masyarakat atau kepentingan bangsa ini dengan baik dan bertanggung jawab. Selamat mencoba, semoga menjadi orang-orang yang Bejo. Dimuat di Joglosemar, Kamis 19 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar